REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) DPR RI Jazuli Juwaini menilai Mosi Integral Natsir membuktikan peran tokoh Muslim dalam menjaga, menyatukan, dan menyelamatkan Indonesia dari upaya perpecahan.
"Mosi itu juga merupakan bukti komitmen tokoh-tokoh Islam terhadap NKRI, bahkan yang melahirkan NKRI itu sendiri. Ini keteladanan yang diwariskan Natsir untuk kita semua untuk mencintai dan menjaga Indonesia," kata Jazuli dalam keterangannya, di Jakarta, Ahad (4/4).
Hal itu dikatakan Jazuli dalam Webinar Peringatan Mosi Integral M Natsir 3 April 1950 dengan tema "NKRI Harga Mati", Sabtu (3/4).
Jazuli mengatakan, Mosi integral Natsir menjadi perhatian khusus Fraksi PKS, agar mata rantai sejarah perjalanan bangsa Indonesia tidak terputus."Kita tahu bahwa melalui KMB, Belanda mencabik-cabik Indonesia menjadi Negara Serikat (RIS). Muhammad Natsir sebagai Ketua Fraksi Masyumi di Parlemen RIS, mengusulkan pembubaran RIS untuk kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujar dia.
Menurut Jazuli, siapa pun yang merusak Indonesia dengan berbagai cara, seperti komunisme, sekularisme, liberalisme, dan terorisme harus dihalau bersama karena mencederai amanat para pendiri bangsa utamanya Muhammad Natsir.
Dalam webinar tersebut, Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Adian Husaini meminta umat Islam meneladani kehidupan Mohammad Natsir, karena memiliki keteladanan yang luar biasa. Tokoh Masyumi ini bahkan mampu melobi tokoh-tokoh nasional maupun negara bagian RIS sepakat untuk bersatu mengembalikan NKRI.
"Hanya dalam 2,5 bulan, beliau mampu meyakinkan mereka semua untuk bergabung dengan NKRI. Kesuksesan mosi integral ini tidak lepas dari cara pandang beliau yang integral, sudah melihat keindonesiaan dan keislaman sebagai satu kesatuan," ujar dia.
Hadir sebagai pembicara dalam webinar tersebut, antara lain Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, mantan Kepala BPIP Yudi Latif, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Muhyiddin Junaidi, dan Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Adian Husaini.