Senin 05 Apr 2021 21:13 WIB

Bencana Banjir NTT, Walhi Nilai Pemerintah Daerah tak Siap

Hingga saat ini belum ada penetapan status darurat bencana di NTT.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Andri Saubani
Banjir Bandang Flores Timur
Foto: BNPB
Banjir Bandang Flores Timur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) mendesak agar Pemerintah menetapkan status darurat bencana di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dilanda banjir dan longsor sejak Ahad (4/4). Menurut Direktur Eksekutif Walhi NTT, Umbu Wulang, Pemerintah Provinsi dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tidak siap menghadapi bencana ini.

Padahal seharusnya sejak Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meramalkan adanya curah hujan tinggi di berbagai wilayah di NTT, Pemprov dan BPBD sudah melakukan pencegahan ataupun relokasi warga di wilayah rentan.

Baca Juga

"Warga- warga yang berada di lokasi dengan tingkat kerentanan tinggi itu harusnya diungsikan. Melihat eskalasinya dan jumlah korban, ini jelas sama sekali tidak ada pencegahan," ujar Umbu kepada Republika, Senin (5/4).

Umbu mengungkapkan, saat ini berdasarkan pantauan Walhi, belum ada bantuan yang memadai di lokasi-lokasi terdampak bencana. Di Kupang masih terjadi angin badai, banjir juga menyebabkan listrik harus dimatikan di beberapa wilayah kampung.

Para warga yang selamat harus mengungsi ke tempat-tempat lebih tinggi seperti gereja. Air sungai juga masih tinggi dan akses jembatan juga terputus. Terlebih lagi, tidak ada alat-alat memadai untuk membantu para warga yang mengungsi.

Berbagai keadaan ini menunjukkan bahwa Pemprov tidak siap. Padahal, mengingat Provinsi NTT terdiri dari pulau-pulau kecil, harus ada persiapan dan alat yang memadai. Apalagi akses bantuan terhalang oleh angin badai dan gelombang tinggi laut.

"Hingga saat ini belum ada penetapan status darurat bencana. Jadi Walhi masih proses mendorong hal ini," kata Umbu.

Saat ini Walhi NTT bekerja sama dengan Walhi Nasional ikut terlibat di aktivitas membantu masyarakat yang terkena dampak. Selain membantu masyarakat, Walhi juga melakukan bantuan advokasi di sektor pertanian karena banyak lahan pertanian yang terdampak.

"Habis ribuan hektare lahan pertanian karena banjir, dan ini berpotensi mengganggu ketahanan pangan di NTT, ada risiko krisis pangan." ujar Umbu.

Bencana alam akibat cuaca ekstrem seperti hujan lebat hingga angin kencang di beberapa wilayah di NTT telah mengakibatkan puluhan korban meninggal. Hingga Senin (5/4), korban meninggal diaporkan mencapai sedikitnya 68 jiwa.

"68 orang korban meninggal dunia yang terdiri dari 44 orang di Kabupaten Flores Timur, 11 jiwa di Kabupaten Lembata, dua meninggal dunia di Kabupaten Ende, dan 11 meninggal dunia di Kabupaten Alor," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati di konferensi virtual BNPB mengenai update bencana alam akibat cuaca ekstrem di NTT, Senin.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement