REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Agung Hendriadi, menyatakan, pemerintah sudah melakukan analisis dan berbagai perhitungan untuk menjaga stabilitas harga komoditas utama, baik dari sisi produsen maupun dari sisi konsumen.
"Secara nasional ketersediaan pangan kita aman. Bahkan pemerintah sudah melakukan perhitungan perhitungan sampai bulan Mei atau paska lebaran. Tentu kewajiban kami adalah menjaga harga di tingkat produsen maupun konsumen. Dua hal ini yang kita jaga bersama jajaran Kemendag," kata Agung dalam keterangan resminya, Kamis (8/4).
Perhitungan yang dimaksud, kata Agung, adalah dengan melakukan intervensi pemerintah disaat kondisi harga mulai tidak stabil. Salah satunya dengan memobilisasi daging dari sentra produksi sampai ke pasar.
"Begitu juga dengan komoditas cabai yang naik karena faktor cuaca. Kami intervensi sehingga masyarakat bisa membelinya dengan harga yang murah. Dan kami pastikan dalam waktu dekat ini harga cabai akan turun," katanya.
Di samping itu, pemerintah secara rutin memonitoring situasi dan pergerakan harga di lapangan yang dilakukan selama dua minggu sekali. Hasil monitoring ini selanjutnya dicocokkan dengan data yang dimiliki Badan Pusat Statistik (BPS).
"Oleh karena itu segala macam upaya kita lakukan. Secara continue kita melakukan pertemuan rutin dan melakukan intervensi antar lembaga pemerintah, sehingga kenaikan yang terjadi tidak lebih dari 10 persen," katanya.
Guru Besar IPB University sekaligus Ketua Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santoso, mengatakan, dalam waktu dekat kondisi harga komoditas cabai di pasaran secara perlahan akan berangsur turun.
Menurut Dwi, kenaikan yang terjadi selama ini merupakan sirklus musiman biasa yang disebabkan cuaca ekstrem seperti curah hujan tinggi. Sirklus ini bahkan sudah diamati sejak 7 tahun terakhir, dimana setiap puasa dan lebaran harga komoditas utama seperti cabai, bawang dan ayam potong akan mengalami kenaikan.
"Sebenarnya tidak ada kaitannya dengan ramadhan atau lebaran. Kenaikan ini hanya siklus musiman biasa akibat cuaca ekstrim. Dan kalau kita perhatikan saat ini nampaknya mulai kembali normal," kata dia.