Selasa 20 Apr 2021 00:02 WIB

Presiden Jokowi Disarankan Ganti Menteri 'Memble' 

Pandemi Covid-19 menjadi ajang pembuktian kinerja menteri.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Agus Yulianto
Arief Poyuono (kiri).
Arief Poyuono (kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Partai Gerindra Arief Poyuono menanggapi isu reshuffle kabinet yang mengemuka belakangan ini. Dia menyarankan, Presiden Jokowi mengganti menteri yang berkinerja buruk.

Arief menyampaikan, pandemi Covid-19 menjadi ajang pembuktian kinerja menteri. Mereka yang sanggup membantu Presiden menghadapi pandemi pantas dipertahankan dalam kabinet.

"Menteri akan direshuffle sebaiknya memang menteri-menteri yang selama Covid-19 kinerjanya memble alias cuma planga plongo saja," kata Arief kepada Republika, Senin (19/4).

Arief menyebut, wacana melantik menteri Investasi dan menteri pendidikan+ristek sudah tepat. Untuk saat ini, dia menilai, BKPM yang nantinya menjadi kementerian investasi terlihat berkinerja buruk.

"Secara personal (Kepala BKPM Bahlil Lahadalia) belum punya kapasitas sebagai menteri Investasi," ujar mantan waketum Gerindra itu.

Arief turut menyinggung soal kriteria menteri baru yang akan dilantik Presiden. Menurutnya, menteri baru wajib punya kapasitas dan kemampuan mumpuni di bidangnya.

"Menteri yang harus dipilih tidak ada masalah mau dari parpol maupun profesional tapi syaratnya kapabel dan mampu membantu Jokowi menyelamatkan Indonesia dari Covid dan dampak Covid-19," ucap Arief.

Terkait wacana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memimpin Kementerian Investasi, menurutnya tak masalah. Selama ini, Ahok dikenal sebagai sosok jujur. "Ahok kontroversial tapi dia pekerja keras dan jujur," sebut Arief.

Isu reshuffle menguat pasca rencana peleburan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek), serta dibentuknya Kementerian Investasi. Dewan Perwakilan Rakyat menyepakati pembentukan Kementerian Investasi serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam rapat paripurna di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (9/4).

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement