Kamis 22 Apr 2021 12:27 WIB

Biden Kemungkinan Akui Genosida Warga Armenia oleh Ottoman

Jika Biden mengakui genosida itu, maka langkah tersebut akan membuat marah Turki.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
 Presiden AS Joe Biden melepas topeng pelindungnya sebelum berbicara di Ruang Timur Gedung Putih di Washington, DC, AS, pada 15 April 2021.
Foto: EPA-EFE/Andrew Harrer
Presiden AS Joe Biden melepas topeng pelindungnya sebelum berbicara di Ruang Timur Gedung Putih di Washington, DC, AS, pada 15 April 2021.

REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON -- Presiden AS Joe Biden secara resmi berpeluang akan mengakui pembantaian orang-orang Armenia oleh Kekaisaran Ottoman selama Perang Dunia I sebagai tindakan genosida. Ini adalah sebuah langkah yang kemungkinan besar akan membuat Turki naik pitam.

Tiga sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan, Biden kemungkinan akan menggunakan kata "genosida" sebagai bagian dari pernyataan pada 24 April. Pernyataan tersebut akan dilontarkan bertepatan dengan peringatan tahunan untuk para korban yang diadakan di seluruh dunia. "Pemahaman saya adalah bahwa dia mengambil keputusan dan akan menggunakan kata genosida dalam pernyataannya pada hari Sabtu," kata seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut.  

Baca Juga

Sumber itu memperingatkan bahwa, mengingat pentingnya hubungan bilateral dengan Turki, Biden mungkin masih memilih untuk tidak menggunakan istilah tersebut pada menit terakhir. Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki pada Rabu (20/4) menolak untuk menjelaskan lebih lanjut terkait rencana pidato Biden pada akhir pekan ini.

Setahun yang lalu, saat masih menjadi calon presiden, Biden memperingati kematian 1,5 juta warga Armenia di tahun-tahun terakhir Kekaisaran Ottoman. Ketika itu Biden mengatakan, dirinya akan mendukung upaya untuk mengakui pembunuhan itu sebagai genosida.

"Hari ini, kami mengingat kekejaman yang dihadapi oleh orang-orang Armenia di Metz Yeghern - Genosida Armenia. Jika terpilih, saya berjanji untuk mendukung resolusi yang mengakui Genosida Armenia dan akan menjadikan hak asasi manusia universal sebagai prioritas utama,” kata Biden di Twitter pada waktu itu.

Turki menyatakan, banyak orang Armenia yang tinggal di Kekaisaran Ottoman tewas dalam bentrokan dengan pasukan Ottoman selama Perang Dunia I. Tetapi Turki membantah dan menyangkal bahwa pembunuhan itu diatur secara sistematis, dan merupakan genosida.

Selama beberapa dekade, langkah-langkah yang mengakui genosida Armenia terhenti di Kongres AS. Setiap presiden AS telah menahan diri untuk tidak menyebut kematian warga Armenia sebagai genosida, karena terhalang oleh kekhawatiran tentang hubungan dengan Turki.

Presiden Turki Tayyip Erdogan telah menjalin ikatan erat dengan mantan Presiden AS Donald Trump. Tetapi Erdogan belum berbicara dengan Biden sejak dia menjadi presiden pada 20 Januari.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan, setiap langkah Biden untuk mengakui pembunuhan massal sebagai genosida akan semakin merusak hubungan antara sekutu NATO yang sudah tegang.

Ian Bremmer, pendiri firma penelitian dan konsultasi Grup Eurasia mengatakan, langkah yang diambil Biden mencerminkan hubungan yang memburuk antara sekutu NATO. "Erdogan tidak mungkin memprovokasi AS dengan tindakan yang dapat semakin merusak ekonomi Turki yang lemah," kata Bremmer.

Pada 2019, Senat AS mengeluarkan resolusi tidak mengikat yang mengakui pembunuhan itu sebagai genosida. Ini adalah sebuah langkah bersejarah yang  membuat Turki marah.

Pemerintahan Biden telah meningkatkan tekanan terhadap Turki. Pemerintahan Biden kerap mengungkapkan ketidakpuasannya atas rekam jejak hak asasi manusia Ankara, dan kesenjangan antara kedua belah pihak terkait sejumlah masalah termasuk pembelian senjata Rusia oleh Turki, serta  perbedaan sistem dan kebijakan di Suriah.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement