Kamis 29 Apr 2021 10:49 WIB

Penusukan di Taman Kanak-Kanak di China, Dua Murid Tewas

Penusukan di Taman Kanak-Kanak di China, Dua Murid Tewas

Red:
Penusukan di Taman Kanak-Kanak di China, Dua Murid Tewas
Penusukan di Taman Kanak-Kanak di China, Dua Murid Tewas

Penusukan terhadap murid sekolah kembali terjadi di China ketika seorang pria yang membawa pisau memasuki sebuah TK di China Selatan dan menewaskan dua orang anak serta melukai 16 lainnya.

Menurut  kantor berita China Xinhua, insiden penusukan menggunakan pisau tersebut terjadi di kota Beiliu, di kawasan Otonomi Guangxi Zhuang yang terletak sekitar 2.299 km dari ibukota China Beijing.

Menurut media, polisi sudah menahan pelaku dan penyelidikan mengenai serangan terus dilakukan.

Serangan menggunakan senjata seperti pisau kerap terjadi di China karena senjata lain seperti senjata api sangat dibatasi kepemilikannya.

Tahun 2020, seorang petugas keamanan sebuah sekolah di Cangwu, juga di kawasan Guangxi, melukai hampir 40 orang dalam serangan yang juga menggunakan pisau.

Adanya berbagai serangan yang menggunakan pisaudengan sasaran sekolah dalam beberapa tahun terakhir membuat pemerintah China meningkatkan penjagaan keamanan di berbagai sekolah.

Pihak berwenang mengatakan, serangan biasanya dilakukan oleh mereka yang memiliki dendam, entah terhadap pihak sekolah atau terhadap pemerintah lokal. Sebagian lainnya dikarenakan masalah gangguan metal yang tidak diketahui sebelumnya.

Di bulan April 2018, sembilan murid sekolah menengah tewas dan 10 orang lainnya mengalami luka-luka juga dalam serangan menggunakan pisau di halaman sebuah sekolah di provinsi Shaanxi, sekitar 800 km dari Beijing.

Beberapa bulan kemudian seorang perempuan membawa pisau menyerang murid-murid di pintu sebuah taman kanak-kanak di Chongqing, 1.828 km di sebelah Barat Daya Beijing.  

Di tahun 2014, sedikitnya 33 orang tewas dan lebih dari 150 orang terluka dalam penusukan massal di stasiun kereta di Kunming, di provinsi Yunnan, hal yang digambarkan oleh Presiden China Xi Jinping sebagai 'serangan keji' teroris.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari artikel ABC News.

AFP/ABC

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement