REPUBLIKA.CO.ID, BENGALURU -- Gelombang kedua Covid-19 di India belum reda. Total infeksi Covid-19 India melampaui 18 juta pada Kamis (29/4). India melaporkan 379.257 kasus baru Covid-19 dan 3.645 kematian baru pada Kamis.
Sejauh ini, angka itu adalah hari paling mematikan bagi negara mana pun yang dilanda pandemi. "Harapan terbaik India untuk mengekang Covid-19 adalah dengan memvaksinasi populasinya yang besar," kata para ahli.
Pada Rabu (28/4), India membuka pendaftaran untuk semua orang yang berusia di atas 18 tahun untuk diberikan suntikan vaksin mulai Sabtu (1/5).Namun India, yang merupakan salah satu produsen vaksin terbesar di dunia, tidak memiliki persediaan untuk memenuhi syarat bagi sekitar 600 juta orang.
Banyak orang yang mencoba mendaftar mengatakan mereka gagal. Mereka mengeluh di media sosial tidak bisa mendapatkan jatah atau tak bisa mendaftar secara daring karena situs internet yang berulang kali macet.
Sementara itu, pemerintah mengatakan lebih dari 8 juta orang telah mendaftar untuk vaksinasi, tetapi tidak menjelaskan berapa banyak orang yang mendapat jatah.
Sekitar 9 persen penduduk India telah menerima satu dosis sejak kampanye vaksinasi dimulai pada Januari, dengan prioritas untuk petugas kesehatan dan kemudian lansia.
Gelombang kedua infeksi telah membuat rumah sakit dan krematorium kewalahan. "Wabah Covid India adalah krisis kemanusiaan," kata Senator Demokrat Amerika Serikat Elizabeth Warren di Twitter.
Dua pesawat dari Rusia yang membawa 20 konsentrator oksigen, 75 ventilator, 150 monitor samping tempat tidur, dan obat-obatan seberat 22 metrik ton, tiba di Ibu Kota Delhi pada Kamis. AS juga mengirim pasokan senilai lebih dari 100 juta dolar ke India, termasuk 1.000 tabung oksigen, 15 juta masker N95, dan 1 juta tes diagnostik cepat.