Selasa 04 May 2021 01:13 WIB

KPAI Imbau Anak tak Bermain Petasan

Hindari membuat, mendistribusi, menjual dan bermain petasan

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Esthi Maharani
Petasan
Foto: Thoudy Badai_Republika
Petasan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto meminta masyarakat khususnya anak-anak tidak menyalakan petasan. Bulan Ramadhan, kata Susanto sebaiknya dimanfaatkan untuk kegiatan yang positif.

"Kami mengimbau kepada anak Indonesia, agar manfaatkan bulan Ramadhan dengan kegiatan yang positif, bermanfaat dan tidak membahayakan. Hindari membuat, mendistribusi, menjual dan bermain petasan, karena bermain petasan membahayakan jiwa anak dan lingkungan sekitar," kata Susanto, dalam keterangannya, Senin (3/5).

Ia meminta orang tua dan tokoh masyarakat agar bekerjasama untuk mengawasi anaknya agar tidak bermain petasan. Orang tua dan tokoh masyarakat juga perlu membimbing anak-anak mengenai bahaya bermain petasan.

Anak-anak, kata Susanto harus diberi pemahaman bahwa tidak bermain petasan semata-mata untuk kebaikan dan keselamatan mereka sendiri dan masyarakat. "Apalagi, tidak sedikit kejadian di tahun-tahun sebelumnya, bahwa bermain petasan rentan mengancam keselamatan jiwa pemain dan lingkungan masyarakat," kata dia lagi.

Lebih lanjut, Susanto mengatakan Ramadhan adalah bulan ibadah yang penuh keutamaan untuk umat Islam. Oleh karena itu, bulan Ramadhan perlu dihabiskan dengan kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat daripada bermain petasan yang justru membahayakan orang lain.

Bermain petasan, memang sudah menjadi bagian dari tradisi yang dilakukan sebagian masyarakat termasuk usia anak. Di bulan Ramadhan, sering kali lebih banyak orang yang bermain petasan dibandingkan hari-hari biasanya. Namun, di satu sisi bermain petasan juga sering menimbulkan kerugian. Kerugian-kerugian tersebut harus dihilangkan dengan tidak bermain petasan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement