REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Spesialis nutrisi dari UNICEF Sri Sukotjo menuturkan sejumlah makanan tidak sehat telah dikenalkan para orang tua kepada bayi/anak usia 6-23 bulan. Pemberian makanan tidak sehat padahal memengaruhi risiko obesitas anak di kemudian hari.
Sri Sukotjo merinci data tersebut yakni lebih dari 50 persen bayi usia 6-11 bulan dan lebih dari 80 persen anak usia 12-23 bulan diperkenalkan dengan camilan manis, asin atau gurih, seperti kue, keripik, biskuit, permen, coklat, jeli, es krim, roti dan bolu. "Lebih dari 80 persen anak usia 1-2 tahun sudah mengonsumsi camilan manis dan asin, makanan cepat saji, gorengan. Ini tentu sangat mengkhawatirkan," kata Sri Sukotjo atau yang karib disapa Ninik dalam acara seminar daring bertajuk "Peringatan Hari Posyandu dan Balita, Jaga Balita Tetap Sehat dan Terpantau Tumbuh Kembangnya di Masa Pandemi".
Kemudian lebih dari 50 persen anak usia 12-23 bulan mengonsumsi minuman berpemanis seperti kental manis, jus kemasan dan teh kemasan. "Padahal risiko obesitas itu sangat tinggi di kemudian hari bila (anak-anak di bawah usia dua tahun) sudah dikenalkan pada makanan-makanan yang adiktif ini," kata Ninik.
Selain itu lebih dari 40 persen anak usia 12-23 bulan mengonsumsi makanan jajanan atau makanan cepat saji seperti ayam goreng, burger, pizza dan gorengan. Data ini diketahui dari hasil kajian yang dilakukan UNICEF di bulan Agustus 2020 dengan sasaran anak-anak usia 0-23 bulan di enam provinsi yakni DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI Yogyakarta.
Survei ini merupakan bagian dari kegiatan subklaster gizi untuk melihat praktik Promosi dan Konseling Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) sebelum dan sesudah pandemi serta layanan posyandu pada masa pandemi.