REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA -- Yusra, 14 tahun, berhenti mengenakan jilbab di sekolahnya. Hal tersebut terpaksa dilakukannya lantaran beredar isu yang menyebut dirinya anggota ISIS.
Setelah melepas jilbab, Yusra tetap saja di-bully. Seorang anak laki-laki di sekolahnya memberitahunya bahwa ia masih terlihat seperti teroris.Kasus serupa juga dialami Ali, siswa di wilayah Boston lainnya. Ia disebut oleh teman sekelasnya, pelaku teroris di World Trade Center.
Yusra dan Ali, bukan nama sebenarnya, adalah dua dari 200 siswa Massachusetts yang disurvei Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR). Dari hasil survei tersebut diketahui, sekitar 61 persen siswa Muslim alami perudungan baik secara verbal maupun fisik. Survei itu juga menyebutkan 14 persen siswa Muslim tak nyaman memberi tahu orang lain bahwa mereka seorang Muslim.
“Kami ingin memastikan bahwa siswa Muslim tahu bahwa mereka tidak sendiri. Mereka memiliki kekuatan untuk dapat melaporkan insiden intimidasi ini. CAIR ada di sini untuk memastikan bahwa hak-hak mereka untuk belajar juga dilindungi,"ungkap, Fatuma Mohamed, petugas advokasi pemuda untuk CAIR Massachusetts, seperti dilansir Boston Globe, Rabu (5/5).