REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Umum Angkatan Muda Partai Berkarya (AMPB) Fauzan Rachmansyah memberi tanggapan perihal pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mempromosikan kuliner nusantara termasuk Bipang Ambawang.
Menurut Fauzan, promosi kuliner nusantara itu merupakan acara dari Kementerian Perdagangan. Selain itu, ajakan Jokowi untuk membeli kuliner khas daerah itu ditujukan untuk semua masyarakat yang rindu pada kampung halaman.
“Salah presiden di mana? Acara ini adalah acara yang digelar Kementerian Perdagangan dalam rangka mempromosikan produk-produk dalam negeri. Presiden hanya ingin perekonomian hidup di masa libur lebaran," kata Fauzan melalui akun media sosial Twitter, @BungFauzan, Ahad (9/5).
Fauzan meminta kepada semua pihak untuk tidak membesar-besarkan masalah tersebut. Sebab, di momen menjelang Idul Fitri ini semua harus menjaga persatuan dan kerukunan antarumat beragama. “Masalah babi saja jangan dibesar-besarkan, karena konteksnya menghidupkan perdagangan dan perekonomian masyarakat di masa libur lebaran, pada saat rakyat tidak bisa mudik,” imbuhnya.
Fauzan melanjutkan, libur lebaran di Indonesia itu tidak hanya milik umat Muslim. Tapi seluruh pemeluk agama yang ada di Indonesia berhak menikmati libur lebaran.
“Libur Lebaran dinikmati semua umat, babi haram hanya untuk umat Muslim. Tinggal yang mengaku Muslim tidak usah pesan babi. Ada gudeg, pempek, bandeng, dan siomay. Lagian juga tidak mungkin cocok ketupat dengan babi," tuturnya.
Justru, sebagai pengusaha muda, Fauzan menilai, hal itu merupakan justru kecerdasan pemerintah dalam mempromosikan masakan nusantara, yang tujuannya tentu untuk kembali menggeliatkan perekonomian masyarakat.
“Itu justru kecerdasan dari pembuat konsep promosi dan tapi kalau dampaknya tidak baik ya Jokowi tinggal evaluasi. Tapi tidak perlu sampai Jokowi minta maaf, kan sudah diwakilkan Menteri Perdagangan, nanti juga Jokowi memgevaluasi timnya, kita lihat saja," ujarnya.
Fauzan pun meminta kepada masyarakat untuk tidak memperpanjang dan mempersoalkan masalah ini. “Jangan karena perkara babi pada ribut, umat Muslim fokus ibadah dan menikmati keberkahan 10 malam terakhir Ramadhan saja,” tutupnya.