REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Nasional Perhimpunan Pergerakan Indonesia (Pimnas PPI) memberikan respon terkait meningkatnya tensi serangan Israel ke Palestina di Jalur Gaza, beberapa hari terakhir. Presidium PPI Andy Soebjakto mengatakan, kekerasan dan jumlah korban rakyat sipil berpotensi semakin membesar. Untuk itu, Pimnas PPI perlu menyampaikan sikap dan pandangan.
"Menghargai upaya pemerintah Indonesia yang telah berupaya menggalang kekuatan internasional untuk mengecam Israel dan menghentikan perang yang tidak seimbang di sana," kata Andy dalam pernyataan di Jakarta, Senin (17/5)
Menurut dia, upaya tersebut harus dilanjutkan untuk bisa semakin nyata dan besar. Sehingga, langkah itu bisa memaksa Israel menghentikan segala tindakannya yang selama ini penuh opresi kepada Palestina.
Andy menyebut, salah satu usaha yang penting dilakukan adalah dengan mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melakukan langkah nyata dan tidak mandul ketika menyangkut sikap kepala batu Israel. Karena terbukti di Dewan Keamanan PBB, kata dia, veto Amerika Serikat acapkali berfungsi sebagai benteng pelindung Israel.
"Maka Indonesia perlu menggalang kekuatan internasional agar hak veto dihapuskan. Dalam catatan, sudah 44 kali Amerika Serikat menggunakan hak veto untuk melindungi Israel," ucap Andy.
Situasi itu, dia menambahkan, berkontribusi mengabadikan sikap dan perilaku agresif Israel. Zionis Israel termasuk berani secara terbuka dan nyata-nyata melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. Andy juga menyarankan, Indonesia mendesak otoritas agama-agama di dunia, terutama Islam, Yahudi, dan Nasrani, untuk makin serius mengambil prakarsa guna mendorong elemen properdamaian guna tampil menjadi narasi yang dominan.
"Narasi perdamaian dari otoritas agama Islam, Yahudi dan Nasrani yang makin besar dan dominan akan berpengaruh terhadap cara pandang umat beragama di seluruh dunia. Bahwa salah satu pesan pokok agama adalah damai dan saling berkasih-sayang," ujar Andy.
Tidak ketinggalan, Andy mendorong seluruh elemen masyarakat di Indonesia untuk menghidupkan empati dan doa kepada saudara di Palestina. Juga penting, sambung dia, untuk menghindari konflik dan pertentangan di dalam negeri.
"Persatuan nasional di dalam negeri adalah modal dasar sosial dan politik untuk menjaga eksistensi bangsa dan negara Indonesia, termasuk perannya turut menciptakan perdamaian dunia," kata Andy.