REPUBLIKA.CO.ID,YANGON -- Kelompok pemantau lokal, Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) mencatat sedikitnya 805 orang terbunuh sejak kudeta Myanmar 1 Febuari. Tiga korban terbaru tercatat dibunuh oleh militer Myanmar.
"Militer menahan 4.146 orang, dengan 92 di antaranya dinyatakan bersalah," ujar AAPP seperti dikutip laman Anadolu Agency, Rabu (19/5).
Kelompok itu mengatakan rezim junta memutus pasokan air minum di Kotapraja Mindat, Negara Bagian Chin. "Itu adalah ekspresi jelas dari kebencian militer terhadap warga sipil yang tidak bersalah," kata kelompok tersebut.
Penembakan brutal militer terus memburuk ketika seorang warga sipil ditembak mati di Kotapraja Daik-U, Wilayah Bago pada Senin malam. Dikatakan junta juga telah menghancurkan properti milik negara, publik, dan pribadi, baik siang maupun malam, membuat warga sipil hidup dalam ketakutan terus-menerus atas properti dan keamanan mereka.
Kelompok tersebut mengkritik komunitas internasional, termasuk ASEAN, karena sangat lamban dalam merespon dan mengambil tindakan untuk Myanmar. Pertemuan yang dijadwalkan pada 18 Mei untuk menyusun resolusi tentang Myanmar di Majelis Umum PBB telah ditunda, menurut laporan itu.
"Rakyatlah yang akan terus mengalami pelanggaran hak asasi manusia yang brutal dari rezim teroris yang tampaknya tak berujung ini," kata AAPP.
sumber;https://www.aa.com.tr/en/asia-pacific/at-least-805-killed-since-myanmar-coup-says-rights-group/2246734