Sabtu 22 May 2021 06:01 WIB

Lebih dari 96 Persen Orang Punya Antibodi Usai Sekali Vaksin

Studi di Inggris sebut antibodi berkembang 28 hingga 34 hari setelah dosis pertama.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
Suntikan dalam uji klinis studi keselamatan tahap pertama dari vaksin Covid -19. (ilustrasi)
Foto: AP/Ted S. Warren
Suntikan dalam uji klinis studi keselamatan tahap pertama dari vaksin Covid -19. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Penelitian terbaru mengungkapkan lebih dari 96 persen orang mengembangkan antibodi virus corona setelah hanya menerima satu dosis vaksin AstraZeneca atau Pfizer. Studi oleh para ilmuwan University College London (UCL) itu memantau lebih dari 8.000 peserta.

Penelitian itu menemukan bahwa hampir 100 persen orang mengembangkan sel kekebalan untuk berhasil melawan virus corona setelah dua dosis vaksin. Studi itu sendiri berbasis di Inggris dan Wales.

Baca Juga

Para peneliti menemukan bahwa 96,42 persen orang yang menerima vaksin AstraZeneca atau Pfizer mengembangkan antibodi 28 hingga 34 hari setelah dosis pertama. Angka tersebut tumbuh menjadi 99,08 persen dalam tujuh hingga 14 hari setelah menerima suntikan kedua.

"Ini adalah salah satu studi vaksin dunia paling awal di Inggris dan ini adalah berita yang luar biasa," kata penulis utama makalah studi Maddie Shrotri dilansir dari Reuters, Jumat (21/5).

Shrotri menyebut hampir semua orang dewasa di Inggris yang mendapat vaksin Pfizer atau AstraZeneca menghasilkan antibodi melawan virus dalam waktu satu bulan setelah suntikan pertama mereka. "Seberapa baik vaksin ini bekerja sangat luar biasa, terutama mengingat kecepatan pengembangannya. Ini adalah prestasi sains yang nyata dalam menghadapi pandemi paling dahsyat dalam satu abad," ujar Shrotri.

Ilmuwan UCL juga menemukan bahwa Pfizer atau AstraZeneca sama-sama mampu memicu respons antibodi yang dapat menangkal infeksi virus corona yang parah. Namun, tingkat antibodi setelah satu suntikan ditemukan lebih rendah pada orang tua dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya. Di antaranya kanker, diabetes, dan penyakit jantung. Perbedaan itu kemudian diatasi setelah peserta menerima dosis vaksin kedua. 

"Studi ini adalah pengingat tepat waktu tentang pentingnya menerima dosis kedua. Tapi, ini juga meyakinkan vaksin adalah jalan keluar kami dari pandemi," ujar kepala peneliti studi UCL Prof Rob Aldridge.

Studi para ilmuwan UCL itu dapat memiliki implikasi positif pada perang dunia melawan pandemi virus corona. Namun, studi ini akan ditempatkan melalui proses peer review sebelum diserahkan ke jurnal medis. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement