Ahad 23 May 2021 14:08 WIB

PBB Desak Gencatan Senjata Israel-Palestina Dipatuhi

Dewan Keamanan PBB tekankan pentingnya bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Warga Palestina lari dari bom suara yang dilemparkan oleh polisi Israel di depan kuil Dome of the Rock di kompleks masjid al-Aqsa di Yerusalem, Jumat (21/5), ketika gencatan senjata mulai berlaku antara Hamas dan Israel setelah perang 11 hari. .
Foto: AP / Mahmoud Illean
Warga Palestina lari dari bom suara yang dilemparkan oleh polisi Israel di depan kuil Dome of the Rock di kompleks masjid al-Aqsa di Yerusalem, Jumat (21/5), ketika gencatan senjata mulai berlaku antara Hamas dan Israel setelah perang 11 hari. .

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Dewan Keamanan PBB mendesak agar Israel dan Palestina mematuhi kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza. Desakan ini disampaikan dalam pernyataan pertama Dewan Keamanan sejak kekerasan di Gaza pecah pada 10 Mei lalu.

Dalam pernyataan yang ditandatangani 15 negara anggotanya itu, Dewan Keamanan mengatakan mereka 'berduka atas hilangnya nyawa warga sipil akibat kekerasan'. Mereka juga menekankan pentingnya bantuan kemanusiaan untuk masyarakat Palestina terutama di Gaza.

Baca Juga

Pengeboman yang dilakukan Israel di Gaza menggugurkan 248 orang termasuk 66 anak-anak dan lebih dari 1.900 lainnya terluka. Setidaknya 12 orang Israel tewas akibat serangan roket dari Gaza. Dewan Keamanan juga mendesak agar kedua belah pihak kembali menciptakan ketenangan.

"Menegaskan kembali pentingnya meraih perdamaian komprehensif berdasarkan visi kawasan di mana dua negara demokratis, Israel dan Palestina, hidup damai dengan perbatasan yang aman dan diakui," kata Dewan Keamanan dalam pernyataannya seperti dikutip Aljazirah, Ahad (23/5).  

Sekutu terdekat Israel, Amerika Serikat (AS), memblokir empat proposal pernyataan yang didukung semua negara anggota Dewan Keamanan lainnya untuk mendesak gencatan senjata. AS beralasan langkah tersebut dapat menghalangi upaya pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mengakhiri operasi militer Israel.

Sabtu (22/5) kemarin Qatar berjanji bekerja sama dengan negara-negara Arab dan Muslim untuk menghentikan Israel menyerang Palestina. Sementara itu dalam resolusinya parlemen Mauritania mendesak Mahkamah Pidana Internasional untuk mendakwa pejabat Israel atas 'genosida' dalam operasi militer di Gaza.  

Sementara warga Palestina di Gaza turun ke jalan untuk merayakan gencatan senjata. Melanjutkan perayaan sejak Jumat (21/5) ketika pertempuran berhenti.

Ratusan pasukan Hamas berparade mengenai seragam kamuflase militer. Mereka melewati tenda berduka untuk Bassem Issa, komandan senior yang tewas dalam pertempuran bulan ini.

Petinggi Hamas di Gaza Yehiyeh Sinwar memberikan penghormatan terakhir ke Issa dalam penampilan pertamanya di hadapan publik sejak pertempuran 10 Mei lalu. Israel memngebom rumah Sinwar yang mereka anggap infrastruktur militer Hamas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement