REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Diaspora Myanmar di Amerika Serikat (AS) menggalang dana untuk mendukung warga sipil yang melakukan perlawanan terhadap junta militer. Aung Moe Win, bersama dengan Dukungan untuk Gerakan Demokrasi Burma mengatakan, organisasinya mampu mengumpulkan lebih dari 100 ribu dolar AS dalam satu hari dalam penggalangan dana di New Jersey selama Tahun Baru Burma.
“Saya pikir (penggalangan dana) itu yang paling besar di luar Burma di kota mana pu di dunia," kata Aung Moe Win, dilansir Aljazirah, Senin (24/5).
Penggalangan dana lainnya direncanakan pada 19 Juni, tepat hari ulang tahun pemimpin sipil terpilih Aung San Suu Kyi yang ditahan sejak kudeta pada 1 Februari lalu. Sepertiga dari dana tersebut dikirim untuk mendukung pegawai negeri sipil yang ikut berpartisipasi dalam aksi mogok. Mereka menolak bekerja untuk militer, dan telah kehilangan penghasilan atau diusir dari perumahan pemerintah.
Sepertiga lainya diberikan kepada perwakilan dari pemerintah sipil paralel. Kemudian sisanya disumbangkan kepada warga sipil yang telah terlantar karena konflik antara kelompok etnis bersenjata besar yang menolak kudeta dengan militer Myanmar. Konflik ini menyebabkan perang saudara pecah di beberapa wilayah.
Aung Moe Win terpaksa meninggalkan Myanmar untuk mengubah kehidupannya agar menjadi lebih baik. Dia bekerja untuk majalah The Irrawaddy di Chiang Mai, Thailand.
"Itu adalah perubahan besar, begitu saya bekerja untuk The Irrawaddy, saya menjadi seorang pengasingan. Saya tidak akan pernah bisa kembali," kata Aung Moe Win.
Aung Moe Win menghabiskan beberapa tahun di Thailand, kemudian pindah ke AS tak lama sebelum Revolusi Saffron. Sejak kudeta, dia berusaha untuk membantu warga Myanmar meski terbentang jarak.
“Kami berusaha sebaik mungkin untuk membantu orang-orang Burma meskipun kami jauh. Kita bisa menjalani hidup kita sendiri di sini, kami tidak perlu khawatir tentang apa pun. Tapi tetap saja, kami sangat peduli dengan negara kami, dan kami ingin rakyat Burma memiliki kebebasan dan hak yang sama seperti yang kami miliki di Amerika Serikat," ujar Aung Moe Win.