REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kepala Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) Mark Lowcock mengatakan konflik-konflik yang terjadi selama 2020 lalu tidak hanya berdampak sangat buruk bagi kota dan lahan pertanian. Konflik juga berdampak juga pada sistem kesehatan bagi seluruh populasi.
"Tahun lalu, serangan terhadap fasilitas kesehatan di konflik di 22 negara menewaskan 182 orang petugas kesehatan," kata Lowcock dalam pertemuan Dewan Keamanan yang digelar virtual, Rabu (26/5).
Lowcock mengatakan sejak militer Myanmar mengkudeta pemerintahan yang sah pada 1 Februari lalu, terjadi 109 serangan terhadap petugas kesehatan dalam rentang waktu dua bulan. "Mempercepat runtuhnya sistem kesehatan publik saat banyak orang sangat membutuhkannya," kata Lowcock.
Selain itu sepertiga fasilitas kesehatan di Provinsi Cabo Delgado, Mozambik yang menghadapi serangan ekstremis rusak atau hancur. Lowcock mengatakan saat pertempuran semakin memburuk banyak petugas kesehatan yang terpaksa menyelamatkan diri sehingga meninggalkan ribuan orang tanpa perawat atau dokter.
Dalam pertemuan ini Presiden Komite Internasional Palang Merah Peter Maurer mengatakan laporan terbaru menunjukkan dampak Covid-19 melipatgandakan beban masyarakat yang didera perang. "Saat kami harus meningkatkan sistem kesehatan lebih baik lagi daripada sebelumnya, paradoksnya, sistem kesehatan di serang," katanya.
Maurer mengatakan lima tahun setelah anggota Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi yang mengakhiri impunitas bagi penyerang petugas keamanan, serangan terhadap petugas tidak juga mereda. Serangan siber pada fasilitas kesehatan juga meningkat.
"Pengamatan kami di 40 negara yang terdampak konflik menunjukkan serangan terhadap sistem kesehatan tidak mereda," katanya.
Maurer dan Lowcock mendesak Dewan Keamanan PBB dan masyarakat internasional memfokuskan energi mereka untuk mengubah perilaku kombatan dalam konflik. "Kami membutuhkan solidaritas politik, investasi pada infrastruktur, dan layanan dasar. Kami harus meningkatkan perlindungan pada warga sipil dan dukungan yang lebih luas dan substantif terhadap aksi humanitarian," tambahnya.