REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pengrajin tahu dan tempe di wilayah sentra industri tahu dan tempe di Cibuntu, Kota Bandung mulai beroperasi kembali pascaaksi mogok yang dilakukan sejak Jumat (28/5) hingga Ahad (30/5) siang ini. Pada Senin (31/5), harga tahu dan tempe di pasaran dipastikan mulai mengalami kenaikan.
"Sebagian beroperasi tapi belum dagang, besok dagang," ujar Ketua Paguyuban Tahu dan Tempe Jawa Barat, Muhammad Jamaludin saat dihubungi melalui sambungan telepon, Ahad (30/5).
Pasca mogok beroperasi, ia menuturkan, para pengrajin bersepakat mulai Senin (31/5) akan menaikkan harga tahu dan tempe. Ia pun meminta agar pemerintah dapat menekan harga kacang kedelai agar tidak terus menerus mengalami kenaikan.
"Kesepakatan mulai besok, tahu mulai naik harganya. Dari paguyuban minta ke pemerintah untuk menekan harga," ungkapnya.
Jamaludin menambahkan, pemerintah provinsi Jawa Barat sempat berdialog dengan para pengrajin dan mengaku akan menyalurkan aspirasi ke pemerintah pusat. Ia pun meminta agar Bulog kembali mengurus kacang kedelai.
"Kedelai dipegang lagi oleh kementerian biasanya harga stabil. Dilempar ke pasar (juga) enggak papa," katanya.
Sebelumnya, pengrajin tahu dan tempe di sentra industri tahu dan tempe Cibuntu, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat serentak melakukan aksi mogok produksi sejak Jumat (28/5) hingga Ahad (30/5). Aksi mogok dilakukan menyikapi kondisi harga kacang kedelai yang naik dan sudah berlangsung lama.
Salah seorang pengrajin tahu dan tempe di Cibuntu, Slamet mengatakan aksi mogok akan dilakukan hingga Ahad (30/5) mendatang. Mogok dilakukan akibat kondisi harga kacang kedelai yang mengalami kenaikan signifikan.
"Mogok sampai hari Minggu. Kompak semuanya, yang terasa harga kacang kedelai mahal," ujarnya saat ditemui di pabrik miliknya, Jumat (28/5). Ia mengungkapkan, akibat harga kacang kedelai yang melonjak tinggi menyebabkan pengrajin mengalami kerugian.