REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Wakil Ketua DPRD Kota Palu, Sulawesi Tengah,Rizal, menyatakan dampak negatif pembelajaran jarak jauh (PJJ) daring selama pandemi Covid-19 mulai terlihat jelas pada anak-anak peserta didik. Dampak tersebut sangat dirasakan oleh para orang tua.
"Peserta didik lebih banyak menghabiskan waktu belajar dengan gadget-nya untuk bermedia sosial dan bermain gim, daripada belajar maupun mengerjakan tugas sekolah," kata dia di Palu, Rabu (2/6).
Rizal mengatakan, para orang tua yang bersentuhan langsung selama membimbing anak-anaknya melaksanakan PJJ daring. Yang tidak kalah mengkhawatirkan, kata Rizal, kualitas pengetahuan dan moral peserta didik di ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah tersebut rendah akibat dampak negatif penggunaan gadget saat melaksanakan PJJ daring.
"Mereka lebih mengenal dunia media sosial daripada materi pelajarannya. Bahkan pengetahuan mereka terhadap nilai-nilai afektif dan moralitas yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut jauh dari harapan," ujarnya.
Oleh sebab itu, dia mendesak Pemerintah Kota (Pemkot) Palu secepatnya melaksanakan pembelajaran tatap muka agar persoalan tersebut tidak berlarut-larut. Dia khawatir jika lambat mendapat penanganan akan berdampak hancur dan rusaknya moral peserta didik.
Tentunya sebelum melaksanakan pembelajaran tatap muka, Pemkot Palu melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta instansi terkait harus merancang dengan baik pembelajaran tatap muka yang aman dan sehat di tengah pandemi Covid-19. Tujuannya, agar tidak menjadi klaster baru penularan dan penyebaran Covid-19.
Menurut dia, DPRD Palu siap berkontribusi penuh. "Saya minta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan harus mengkaji terkait langkah yang diambil dalam melaksanakan pembelajaran tatap muka. Secara pribadi saya melihat kemungkinan pembelajaran tatap muka bisa dilakukan," ujarnya.
Rizal mencontohkan bagi sekolah di wilayah yang tingkat kasus penularan dan penyebaran Covid-19 tidak terjadi dalam enam bulan terakhir, silakan buka untuk pembelajaran tatap muka standar protokol kesehatan yang ketat. "Bahkan bisa juga sekolah dibuka untuk pembelajaran tatap muka dengan sistem bergantian atau sift," ujarnya.