Rabu 02 Jun 2021 23:48 WIB

MES: Ekonomi Syariah Bentuk Pengamalan Nilai Pancasila

Penguatan ekonomi syariah tak hanya sejalan Pancasila tapi juga Gotong Royong

Plt Sekjen PP Dewan Masjid Indonesia (DMI) Arief Rosyid (kiri) dan Sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah David Krisna Alka (kedua kiri) memberikan paparan saat diskusi pada acara Halal Bi Halal dan 2 Tahun Suropati Syndicate di Taman Suropati, Jakarta, Sabtu (29/6).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Plt Sekjen PP Dewan Masjid Indonesia (DMI) Arief Rosyid (kiri) dan Sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah David Krisna Alka (kedua kiri) memberikan paparan saat diskusi pada acara Halal Bi Halal dan 2 Tahun Suropati Syndicate di Taman Suropati, Jakarta, Sabtu (29/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Kepemudaan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Muhammad Arief Rosyid menyatakan sepakat dengan pandangan bahwa menerapkan ekonomi syariah juga merupakan salah satu bentuk pengamalan dari nilai-nilai Pancasila di kalangan generasi muda.

"Kita memperingati Hari Lahir Pancasila di masjid, untuk mengajak pada persatuan. Lembaga keuangan syariah selalu terbuka bagi siapapun warga bangsa yang ingin mengamalkan keadilan dalan aktivitas ekonomi," papar Arief Rosyid dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (2/6).

Arief melanjutkan, masjid dapat menjadi pusat persatuan umat dalam membangun ekosistem ekonomi syariah. Hal tersebut, lanjutnya, dapat terlaksana antara lain dengan membangun aktivitas muamalah di lingkungan masjid sebagaimana pernah dicontohkan Rasulullah SAW.

"Kami yakin dengan potensi umat Islam di Indonesia. Terutama kalangan generasi muda sekarang ini, yang dapat mengambil momentum ke depan. Kita mulai dari masjid untuk kebangkitan ekonomi umat," ucap Arief.

Penguatan ekosistem ekonomi syariah saat ini dinilai bukan saja sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, juga bagian dari gotong royong untuk mewujudkan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Perwakilan dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Mahnan Marbawi mengatakan, Pancasila adalah ikatan yang agung yang mempersatukan bangsa Indonesia, termasuk mempersatukan aktivitas ekonomi."Pancasila dan ekonomi syariah memiliki tujuan yang searah, yaitu mencapai kesejahteraan dan pemerataan ekonomi umat. Ini dapat terwujud dengan adanya pengembangan ekonomi berbasis masyarakat dan berbasis komunitas," katanya.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Hery Gunardi mengatakan bahwa pihak perbankan syariah harus berperan dan berkontribusi lebih besar untuk membantu pemerintah dalam upaya pemulihan ekonomi nasional."Bank-bank syariah sebagai salah satu instrumen ekonomi harus berperan, mampu berkontribusi lebih besar dalam mendukung pemerintah yang tengah berjuang memulihkan perekonomian nasional dari dampak pandemi COVID-19," kata Ketua Umum Asbisindo.

Hery berpendapat bank yang menerapkan sistem syariah masih menunjukkan kinerja keuangan yang baik meskipun di tengah pandemi COVID-19. Kontribusi aset perbankan syariah menunjukkan kenaikan 13,11 persen per tahun, kontribusi pembiayaan naik 8 persen dan kontribusi dana pihak ketiga (DPK) naik 11 persen.

Mengacu data OJK, sepanjang 2020 pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah mencapai 8,08 persen dan berlanjut pada Januari 2021 yang mencapai 8,17 persen secara tahunan.Hingga akhir 2020 pangsa pasar perbankan syariah Indonesia berada di level 6,51 persen dan meningkat pada Januari 2021 sebesar 6,55 persen. Data OJK juga menunjukkan bahwa industri perbankan syariah memiliki aset sekitar Rp 600 triliun dan mengelola DPK atau simpanan masyarakat sebesar Rp 473 triliun.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement