REPUBLIKA.CO.ID, STRASBOURG -- Pembangunan masjid baru, Masjid Sultan Eyüpa di Strasbourg, Prancis menyebabkan kontroversi di panggung politik Prancis. Anggota parlemen takut akan ancaman pengaruh asing.
Nantinya, masjid itu bisa menampung 2.500 jamaah. Lingkungan masjid juga diperluas yang bisa menampung sekolah, restoran, perpustakaan, dan 14 toko. Sementara bagian masjidnya akan ada dua menara setinggi 36 meter yang terdiri dari aula dan ruang minum teh.
Pembangunan masjid ini akan menjadi salah satu terbesar di Eropa dan diprakarsai oleh gerakan Milli Görüs yang sebagian besar terdiri dari imigran Turki di Eropa. Menurut mereka, bangunan bergaya Ottoman akan secara simbolis sebanding dengan Katedral Notre-Dame di Paris.
Namun, pemerintah Prancis telah mengatakan dalam beberapa pekan terakhir bahwa simbol itu melambangkan sesuatu yang kurang baik. Mereka menyebut sudah ada campur tangan asing terhadap upaya pemerintah membangun Islam Prancis yang apolitis atau menekan pemisahan Islam.
Saat Prancis terus memulihkan diri dari rangkaian serangan teroris, termasuk penikaman pekan lalu terhadap seorang polisi wanita di Nantes, membahas Islamisme telah menjadi topik hangat menjelang pemilihan regional dan presiden yang akan datang. Tahun depan, Presiden Emmanuel Macron akan melawan Marine Le Pen yang berjanji mengekang imigrasi dan melindungi sekularisme.