“Definisi PTSD tidak berlaku untuk warga Palestina di Gaza. Kami mengalami stres dan trauma terus-menerus sepanjang waktu sehingga tidak sempat untuk mengalami pasca,” kata Melad.
“Apa yang kita saksikan di Gaza adalah apa yang kita sebut PTSD kompleks yang merupakan bentuk PTSD yang didiagnosis pada orang dewasa atau anak-anak yang berulang kali mengalami peristiwa traumatis,” tambahnya.
Maled menuturkan, perang yang terjadi secara terus menerus dan trauma yang belum terselesaikan dari perang sebelumnya menyebabkan banyak gejala seperti kesulitan dalam berkonsentrasi, masalah dengan persepsi diri seperti perasaan malu, bersalah, ketidakberdayaan, stigma dan rasa yang sama sekali berbeda dengan manusia lain.
Nadine Abdel-Latif, yang video emosionalnya selama perang dibagikan secara luas di media sosial, adalah salah satunya. “Saya baru berusia 10 tahun, dan saya telah melalui tiga perang. Saya masih merasa takut dan takut mereka akan mulai mengebom kami lagi,” katanya.
“Saya masih mendengar suara bom dan serangan udara di kepala saya. Kadang bahkan tidak bisa tidur. Saya bangun di pagi hari bertanya-tanya apakah saya hidup atau mati," ungkapnya.