REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Seperti apa doa yang dipanjatkan hingga Allah menurunkan malaikat dalam perang badar? Siapa yang memanjatkan berdoa? Dan benarkah seribu Malaikat yang diturunkan Allah itu ikut langsung berperang?
Pakar tafsir Alquran yang juga pengasuh Pondok Pesantren Bayt Alquran-Pusat Studi Alquran (PSQ) Jakarta, Ustadz Syahrullah Iskandar, menjelaskan, secara umum jawaban atas pertanyaan di atas dapat ditemukan dalam tafsiran surat Al Anfal
Surat ini menceritakan peristiwa Perang Badar secara rinci. Tentang bagaimana keikutsertaan malaikat membersamai kaum Muslim dalam Perang badar, tentang pertolongan Allah untuk kemenangan kaum Muslimin.
Surat Al Anfal juga menceritakan tentang tawanan perang yang kala itu ada 70 orang tawanan kaum musyrik, serta tentang pembagian harta rampasan perang.
Bahkan pada ayat 9-10 dalam surat Al Anfal dijelaskan tentang bagaimana kaum Muslim memohon pertolongan kepada Allah. Allah menurunkan malaikat hingga yang menjadi kabar gembira dan menenangkan hati kaum Muslim hingga memenangkan Perang Badar.
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: 'Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut." (QS Al Anfal 9)
وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَىٰ وَلِتَطْمَئِنَّ بِهِ قُلُوبُكُمْ ۚ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ “Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana (QS Al Anfal 10).
Ustadz Syahrullah mengulas peristiwa perang badar terutama tiga pertanyaan di atas dengan bersumber pada kitab 'Min Wahy Alquran' dalam kajian Bayt Alquran PSQ yang disiarkan secara daring beberapa waktu lalu.
Ustadz Syahrullah yang juga anggota komisi dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerangkan Perang Badar sejatinya bukan perang pertama yang diikuti Rasulullah. Sebelumnya ada perang-perang kecil seperti Perang Al Abwa, Perang Safwan, Perang buwath, dan Dil Asyirah yang menjadi pemicu perang Badar.
Meski begitu, Perang Badar adalah perang besar yang pertama yang diikuti dan dipimpin langsung Rasulullah. Sepanjang hidup Rasulullah, ada 27 peperangan yang dipimpin langsung Rasulullah. Selebihnya Rasul kerap memerintahkan para sahabat memimpin pertempuran. Di mana Perang Tabuk, menjadi perang terakhir yang ikuti langsung Rasulullah.
Pada Perang Badar jumlah kaum Muslim sangatlah sedikit atau sekitar 300-an orang. Sebagian ulama berpendapat jumlah kaum Muslim dalam Perang Badar adalah 313. Ada juga yang berpendapat jumlahnya 314, 317, dan 319. Perang ini terjadi pada tahun kedua Hijriyah tepatnya pada 17 Ramadhan. atau 13 Maret 624 Masehi.
Persenjataan kaum Muslimin pun terbatas, bahkan pasukan Muslim hanya membawa dua ekor kuda yang ditunggangi Zubair bin Awam dan Miqdad al Aswad. Kaum Muslimin juga hanya membawa 70 unta di mana masing-masing unta untuk dinaiki secara bergiliran oleh tiga orang.
Sementara Rasulullah satu unta dengan Ali bin Abi Thalib dan Martsad al Ghanawi. Kedua sahabat itu sempat meminta agar Rasulullah saja yang naik unta hingga sampai di Badar. Namun Rasulullah meminta agar bergiliran secara adil.
Pada sisi lain, pihak musuh datang dengan jumlah 1.000 orang berikut persenjataan yang sangat lengkap. Dalam kondisi tersebut kaum Muslim berdoa kepada Allah memohon pertolongan agar dapat mengalahkan kaum musyrik.
Ustadz Syahrullah menjelaskan para mufasir berbeda pendapat tentang siapa yang berdoa. Ada yang berpendapat bahwa permohonan pertolongan sebagaimana dijelaskan surat Al Anfal ayat 9 adalah dilakukan Rasulullah sendiri.
Pendapat ini bersandar pada hadits riwayat Imam Muslim yang menjelaskan ketika Perang Badar berkecambuk, Rasul melihat pasukan Musuh yang kala itu lebih banyak dari kaum Muslim. Rasul kemudian menghadap kiblat dan membentangkan tangannya memohon pertolongan pada Allah. Lalu seperti apa doa yang dipanjatkan Rasul? Berikut redaksinya:
اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ لَا تُعْبَدْ فِي الْأَرْضِ
“Ya Allah penuhilah janji-Mu padaku, ya Allah berilah apa yang telah Engkau janjikan padaku, ya Allah jika pasukan Islam yang berjumlah sedikit ini musnah niscaya tak ada lagi orang yang akan beribadah kepada-Mu di muka bumi ini.”
Rasulullah terus berdoa dengan membentangkan tangannya seraya menghadap kiblat. Hingga sorban di pundaknya jatuh. Abu Bakar mendekati Rasul dan mengambil sorban lalu menaruhnya lagi di pundak Rasul. Menurut Ustadz Syahrullah tak lama setelah itu Allah menurunkan ayat 9-10 surat Al Anfal.
Sementara itu pendapat lainnya mengatakan bahwa yang yang berdoa adalah sekelompok pasukan Muslim. Pendapat ini berlandaskan pada bunyi ayat 9 surat Al Anfal. Terutama redaksi idz tastagituna robbakum yang bermakna dilakukan banyak orang.
Selain itu argumen lainnya adalah adanaya ketakutan dan kekhawatiran yang lebih dari pasukan Muslim dibanding yang dirasakan Rasulullah ketika mendapati banyaknya pasukan musuh. Namun demikian, pendapat yang kedua ini belum cukup kuat karena tidak ada riwayat hadits yang menjelaskan bahwa doa itu dilakukan banyak pasukan Muslim.
"Boleh jadi kaum beriman ini hanya mengaminkan doanya Rasul. Karena doanya Rasul itu terdengar kaum beriman terutama yang ada di dekat Rasul. Karena Rasul membacakan dianya dengan suara keras dan jelas terdengar," kata Ustadz Syahrullah.
Allah pun mengabulkan doa tersebut dengan menurunkan seribu malaikat berturut-turut atau dengan bershaf-shaf. Sehingga Perang Badar merupakan satu-satunya peperangan yang langsung diikuti malaikat.