REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kepala eksekutif Sinovac Biotech bulan lalu menyampaikan keluhan kepada diplomat Brasil di Beijing terkait komentar anti-China di Brasilia. Sinovac merupakan pemasok utama vaksin Covid-19 ke Brasil.
Dua sumber yang mengetahui masalah itu mengatakan kepada Reuters, CEO Sinovac Yin Weidong menyarankan pencabutan resmi pernyataan anti-China dapat membuat hubungan kedua negara menjadi lebih cair. Sebelumnya selama kampanye pada 2018, Presiden Brasil Jair Bolsonaro menyinggung sejumlah akuisisi China di Brasil.
Pada 5 Mei lalu, Bolsonaro dalam pidatonya mengatakan bahwa pandemi virus Corona dapat menjadi "perang kimia" yang dilakukan oleh negara dengan pertumbuhan tercepat, tanpa menyebut China. Menurut telegram diplomatik yang dikirim China ke Brasil dan dilihat oleh surat kabar O Globo, dua minggu setelah pidato Bolsonaro, Weidong mengatakan perubahan sikap Brasil akan lebih baik untuk menjalin hubungan yang lebih cair dan positif dengan pemerintah China.
Pemerintah Bolsonaro telah membantah mengambil sikap antagonis terhadap Beijing, yang merupakan mitra dagang terbesar Brasil. Namun perlambatan bahan vaksin dari China telah menghambat program imunisasi nasional Brasil, yang sudah tertinggal. Sejauh ini hanya 10 persen dari total populasi di Brasil yang telah divaksinasi lengkap.
"Mereka berbicara tentang pentingnya hubungan politik yang baik. Kritik tidak membantu. Kepala eksekutif memberikan penjelasan tentang pengiriman vaksin yang tertunda," kata salah satu sumber tentang pertemuan Weidong dengan para diplomat.
Diketahui, persediaan bahan-bahan dari China yang dibutuhkan untuk membuat vaksin di pusat biomedis Institut Butantan Sao Paulo mulai berkurang. Sinovac mengatakan, pengiriman tertunda karena kemacetan produksi dan masalah birokrasi dengan lisensi ekspor.
Kepala Institut Butantan, Dimas Covas, bersaksi kepada komisi penyelidikan senat bahwa pernyataan Bolsonaro harus disalahkan atas keterlambatan impor bahan vaksin dari China.