Rabu 16 Jun 2021 16:49 WIB

Perintah di Rumah Saja untuk 14 Zona Merah Jateng

Varian Delta yang banyak di Jateng terbukti turunkan respons imunitas tubuh.

Seekor kucing mengendus poster bertuliskan kawasan zona merah COVID-19 di jalan desa yang ditutup akibat karantina wilayah di Desa Pedawang, Kudus, Jawa Tengah. Temuan varian Delta di Jawa Tengah membuat Gubernur Ganjar Pranowo meminta masyarakat zona merah untuk di rumah saja.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, oleh S Bowo Pribadi, Inas Widyanuratikah, Antara

Daerah dengan zona merah di Jawa Tengah diminta untuk memperbanyak gerakan di rumah saja. Tujuannya guna menekan penyebaran varian Delta yang sudah ditemukan di Kabupaten Kudus.

Baca Juga

Masyarakat juga diminta dengan kesadaran yang tinggi untuk mendukung kebijakan tersebut, agar upaya untuk menekan penyebaran varian baru Covid-19 tersebut bisa optimal. “Kita harapkan kesadaran dari masyarakat, dari tokoh-tokoh untuk bisa bekerja bersama-sama agar kita bisa menyelamatkan diri maupun orang- orang yang kita sayangi,” ungkapnya, usai menghadiri acara peletakan batu pertama pembangunan Jateng Valley, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Rabu (16/6).

Menurut gubernur, kepatuhan dan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan terutama saat beraktivitas di luar rumah atau saat bepergian menjadi penting, seperti memakai masker, rajin mencuci tangan dengan sabun dan menghindari kerumunan.

Kedisiplinan sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi, termasuk juga dengan cara mengurangi mobilitas maupun interaksi dengan orang lain yang lebih banyak, jika memang betul-betul tidak penting sekali. “Karena sebenarnya virus tersebut nggak bisa jalan sendiri, transporternya adalah manusia. Maka itu yang mesti kita jaga, hari ini untuk membantu mengendalikan penyebarannya,” tegas Ganjar.

Perihal imbauan untuk di rumah saja, lanjutnya, juga sudah dikomunikasikan kepada semua kepala daerah di Jawa Tengah, yang wilayahnya sudah masuk dalam zona merah risiko penyebaran Covid-19. Beberapa daerah, juga telah membuat inisiatif-inisiatif yang sama seperti di Kabupaten Kudus yang saat ini melaksanakan tujuh hari di rumah saja. Kemudian Bupati Grobogan kemarin juga sudah mencoba hal yang sama meski waktunya tidak sepanjang kabupaten Kudus.

Jadi beberapa kabupaten sudah melakukannya dan menurut gubernur merupakan inisiatif yang  bagus. “Yang penting masyarakatnya mendukung dan mematuhi, tanpa dukungan masyarakat itu tidak akan bisa,” tambahnya.

Terkait dengan imbauan gubernur tersebut, Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, menyampaikan, Kabupaten Semarang kendati sejak 12 Juni 2021 lalu sudah berstatus daerah merah belum akan melakukan imbauan tersebut. Ia mengaku, Pemkab Semarang saat ini masih mempertimbangkan imbauan untuk melaksanakan gerakan di rumah saja. Pemkab Semarang megakui masih akan melihat dan mempertimbangkan berbagai hal terkait dengan gerakan di rumah saja.

Tapi katanya kewaspadaan terhadap penyebaran varian Delta telah dilaksanakan dengan berkoordinasi bersama seluruh stakeholder penanggulangan pandemi Covid-19. “Kami telah melakukan sejumlah pembatasan kegiatan masyarakat yang sifatnya rentan atau berpotensi menghadirkan kerumunan orang banyak, meningkatkan kewaspadaan dengan memperbanyak kegiatan operasi yustisi serta melakukan berbagai upaya penambahan BOr baik di rumah sakit maupun di rumah singgah untuk isolasi,” jelasnya.

Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah, Irjen Pol Ahmad Luthfi, menyatakan Kota Semarang sebagai salah satu daerah yang menjadi fokus dalam penanganan Covid-19. Alasannya, kasus aktif di Ibu Kota Jateng tersebut tinggi.

Menurut kapolda dalam siaran pers di Semarang, Rabu, selain Kota Semarang terdapat tiga kabupaten yang juga mendapat perhatian khusus kepolisian, yakni Sragen, Kudus, dan Demak. "Ada 14 daerah di Jawa Tengah yang masuk zona merah, kita fokuskan ke empat daerah itu," katanya.

Ia menjelaskan jumlah pasien positif Covid-19 di keempat daerah itu sudah di atas 700 orang. Ia mengatakan manajemen kontingensi penanganan Covid-19 sudah diterapkan di seluruh polres. Penambahan jumlah tempat karantina bagi pasien Covid, kata dia, juga sudah dilakukan.

Virus Covid-19 varian Delta memang menjadi momok yang harus diwaspadai masyarakat. Pasalnya, varian Delta diyakini bekerja dengan menurunkan imunitas tubuh. Padahal imunitas merupakan senjata utama melawan virus.

Ketua Tim Genomik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Gunadi, mengatakan virus Covid-19 varian delta berpengaruh terhadap penurunan respons imun. Penurunan respons imun ini juga berhubungan positif pada usia seseorang.

"Artinya, makin tinggi usia penderita, maka menyebabkan respons imun semakin menurun. Ini terjadi penurunan hampir di semua varian (Covid-19)," kata Gunadi, dalam webinar Varian Virus Corona Delta di Kudus, Rabu (16/6).

Selain itu, penurunan respons imun juga terlihat kepada seseorang yang sudah divaksin, baik itu pertama ataupun kedua. Respons imun seseorang yang sudah divaksin terlihat mengalami penurunan, khususnya setelah tiga bulan divaksin.

Terkait hal ini, menurut Gunadi kemungkinan perlu dilakukan pemberian booster di kemudian hari. "Beberapa pasien betul-betul turun di bawah 40 konsentrasinya. Sehingga dianggap implikasinya apakah perlu pemberian booster," kata dia menambahkan.

Ia menjelaskan, varian Delta ini secara signifikan mempengaruhi sistem imun bahkan lebih tinggi dari varian Alpha. Namun, Gunadi menyebut, varian Delta ini mirip dengan varian Beta dari segi mempengaruhi sistem imun.

Walaupun varian Delta berpengaruh terhadap respons imun bahkan pada orang yang sudah divaksin, efek protektifnya jauh lebih baik daripada kepada orang yang tidak divaksin sama sekali. "Kalau dibandingkan Pfizer dan AstraZeneca, dosis kedua juga cukup efektif dibandingkan dosis pertama, tapi dosis pertama jauh lebih baik dibandingkan tanpa divaksin sama sekali," kata Gunadi menegaskan.

photo
Mutasi varian Covid-19 India - (Republika)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement