REPUBLIKA.CO.ID, CUCUTA -- Ledakan bom mobil di sebuah pangkalan militer di kota perbatasan Kolombia, Cucuta, melukai 36 orang pada Selasa (15/6). Menteri pertahanan menuding serangan itu dilakukan oleh pemberontak sayap kiri.
Ledakan terjadi di sebuah pangkalan yang digunakan oleh Brigade Angkatan Darat ke-30 di kota timur laut dekat perbatasan dengan Venezuela. "Kami menentang tindakan keji dan teroris ini yang berusaha menyerang tentara Kolombia," kata Menteri Pertahanan Diego Molano kepada wartawan.
"Tiga puluh enam orang terluka. Tiga di antaranya dalam kondisi kritis."
Salah satu yang terluka telah menjalani operasi, kata Menteri Molano, dan 29 lainnya dirawat di rumah sakit. Dua pria mengendarai truk Toyota putih ke arah pangkalan setelah mengaku sebagai pejabat, katanya, seraya menambahkan bahwa ada dua ledakan terjadi.
Meskipun ada kesepakatan damai 2016 dengan pemberontak Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC), militer Kolombia terus memerangi gerilyawan Tentara Pembebasan Nasional (ELN), geng kriminal dan mantan anggota FARC yang menolak kesepakatan tersebut. Tentara Pembebasan Nasional (ELN), pembangkang Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC), dan kelompok kriminal semuanya hadir di Provinsi Norte de Santander yang terkadang bergolak, tempat Brigade ke-30 beroperasi.
"Hipotesis awal adalah bahwa ELN berada di balik tindakan keji ini," kata Molano. "Juga sedang diselidiki adalah keterlibatan pembangkang FARC."
Jumlah korban cedera bisa saja lebih tinggi tetapi sebagian besar personel berada dalam isolasi pencegahan karena virus corona, kata seorang pejabat tinggi kepada Reuters sebelumnya pada Selasa. Foto dan video yang beredar di media sosial memperlihatkan sebuah kendaraan berwarna putih yang hancur dilalap api.
Presiden Ivan Duque mengatakan di Twitter bahwa dia akan melakukan perjalanan ke Cucuta untuk bertemu dengan para pemimpin militer dan pemerintah setempat. Video di media sosial juga menunjukkan gambar yang tampaknya merupakan personel militer AS di pangkalan tersebut pascaserangan.
Puluhan penasihat AS ditempatkan di Kolombia, tetapi Komando Selatan militer AS belum menanggapi permintaan komentar. Pemerintah meyakini bahwa para pembangkang Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) sebagai pelaku serangan bom mobil pada Maret di Provinsi Cauca yang melukai lebih dari 40 orang.
Serangan bom mobil Tentara Pembebasan Nasional (ELN) pada 2019 di akademi kepolisian Bogota menewaskan 22 orang dan mengakhiri pembicaraan perdamaian, yang baru lahir, antara kelompok itu dan pemerintah.