REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Badan amal English Heritage telah memperbarui biografi mendiang penulis Enid Blyton di situs webnya. Blyton dianggap sebagai penulis yang rasis, xenophobia, dan karyanya kurang bernilai sastra.
Keputusan English Heritage itu berdasar pada tinjauan ulang terhadap buku karya Blyton bertajuk The Little Black Doll. Buku anak yang pertama kali dirilis tahun 1965 itu dinilai bermuatan rasis.
Buku cerita itu mendeskripsikan boneka Sambo sebagai anak yang jelek karena kulitnya hitam. Sambo baru akan diterima oleh pemiliknya setelah "wajahnya hitam jeleknya" tercuci "bersih" oleh hujan.
English Heritage juga mengklaim bahwa Royal Mint menolak untuk mengabadikan Blyton di koin 50 pence karena dia adalah seorang rasis, seksis, homofobia, dan bukan penulis yang sangat dihormati. Namun, organisasi tersebut menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menghapus plakat biru untuk penulis "Lima Sekawan" (Famous Five) itu.
Nama Enid Blyton telah diabadikan dalam sebuah plakat biru (blue plaque) yang dipajang di bekas rumahnya di Chessington, London barat daya. Plakat biru merupakan penanda yang mengaitkan suatu lokasi dengan orang terkenal, peristiwa bersejarah, atau bangunan bersejarah.
English Heritage berjanji untuk meninjau ulang semua plakat birunya setelah protes Black Lives Matter tahun lalu. Badan amal ini merupakan pengelola monumen, bangunan, dan tempat bersejarah di Inggris.