REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid mengatakan naiknya angka kasus Covid-19 harus menjadi alarm bagi masyarakat dan pemerintah. Ia menegaskan, Covid-19 tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang ringan.
"Covid-19 ini adalah reminder bagi kita semua bahwa ada banyak kekeliruan cara kita mengelola kehidupan ini yang harus segera dikoreksi," kata Hilmar saat menjadi pembicara dalam webinar, Sabtu (19/6).
Saat ini, masyarakat harus benar-benar menjaga protokol kesehatan dan 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker). Sebab, ia menegaskan semakin sering masyarakat melakukan pelanggaran, semakin lama Covid-19 akan bertahan dan meluas.
Sementara itu, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi menilai dalam penanganan Covid-19 sebenarnya ada hal-hal yang belum terangkat ke permukaan. Hal tersebut salah satunya adalah fakta bahwa masyarakat adat cenderung lebih aman dari Covid-19 dibandingkan masyarakat perkotaan.
Menurut Sjamsul, kearifan lokal yang masih dijunjung tinggi masyarakat adat menjadi salah satu alasan Covid-19 tidak hadir di antara mereka. "Justru di daerah-daerah pinggiran khususnya di masyarakat adat, di sini justru tidak tersentuh dengan pandemi. Ini secara jelas masyarakat adat masih sangat menjunjung tinggi kearifan lokal," kata dia.
Ia menyontohkan, masyarakat adat Bayan di NTB, Dayak di Kalimantan Barat, dan masyarakat di Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi. Sjamsul menjelaskan, masyarakat adat tersebut bisa mengisolasi diri, di samping mengkonsumsi kearifan lokal berupa obat tradisional dan makanan yang menguatkan daya tahan tubuh.