Oleh : Nana Sudiana (Direktur Pendayagunaan IZI & Mahasiswa MSKI UIN Jakarta)
REPUBLIKA.CO.ID, Perkembangan Covid-19 laksana roller coaster, naik turun dan belum juga berkesudahan. Di tengah dinamika pandemi yang tak jelas kapan akan berakhir, masyarakat kini tampak kelelahan. Sebagian mereka bukan hanya abai terhadap prokes, tetapi juga semakin merasa "terbiasa" dengan situasi yang ada.
Beberapa pekan setelah libur Lebaran dan adanya kelonggaran pascafase pengetatan saat mudik kemarin, perkembangan Covid-19 kini meningkat kembali. Trend jumlah yang terpapar meningkat signifikan, bahkan beberapa daerah dengan cepat memasuki zona hitam dengan diikuti jumlah kematian yang signifikan.
Salah satu fenomena yang cukup menonjol misalnya terjadi di Kudus, Jawa Tengah. Kasus Covid-19 di Kudus mengalami kenaikan sangat signifikan. Data yang ada menunjukan kenaikan jumlah orang terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 30 kali lipat dalam sepekan. Kenaikan kasus positif dari 26 kasus menjadi 929 kasus.
Setelah Kudus, ternyata menyusul kemudian kota-kota disekitarnya di wilayah Jawa Tengah yang juga semakin menggila. Grobogan, Pati, Demak hingga Kota Semarang perlahan naik mengkhawatirkan. Dan dalam waktu tak lama, BNPB mencatat ada 15 kota atau kabupaten yang juga naik jumlah kasusnya.
Adapun ke-15 lokasi yang diumumkan BNPB pertengahan Juni ini adalah: Grobogan, Kota Semarang, Demak, dan Jepara (Jawa Tengah), Bangkalan (Jawa Timur), Sleman (DI Yogyakarta), Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan (DKI Jakarta), Kota Bandung (Jawa Barat), Kota Depok, Kota Bekasi, dan Bandung Barat (Jawa Barat).
Yang paling parah ternyata Grobogan. Kenaikan kasus di Grobogan bahkan jumlah kasusnya menlonjak hingga 2.803 persen dan dengan cepat tingkat keterisian rumah sakit (BOR) di sana hingga 93,65 persen. Kasus Grobogan ini ditengarai merupakan imbas dari Kudus sebelumnya.