REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rizky Suryarandika, Rr Laeny Sulistyawati, Dessy Suciati Saputri, Antara
Bertambah cepatnya penularan Covid-19 yang dipicu mutasi virus corona, termasuk varian Delta yang telah ada di Indonesia, memunculkan pertanyaan, apakah vaksin yang tersedia saat ini masih relevan digunakan. Atau apakah perlu penambahan dosis ketiga bagi masyarakat, khususnya yang telah menerima dosis lengkap vaksin Sinovac.
Seperti dilaporkan Reuters pekan lalu, sebanyak 350 dokter dan petugas medis di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, terpapar Covid-19 meskipun mereka telah mendapatkan vaksin dosis lengkap Sinovac. Mereka diduga terinfeksi varian Delta yang telah dikonfirmasi oleh pemerintah bertransmisi secara lokal di Kudus.
Atas laporan itu, produsen vaksin Sinovac, seperti dikutip Global Times, menyatakan vaksin Coronavac buatannya tetap efektif untuk mengurangi gejala pasien yang terserang Covid-19 varian Delta di Indonesia. Pihak produsen mengakui, vaksin Sinovac memang tidak 100 persen memberikan perlindungan, tetapi bisa mengurangi gejala infeksi dan efektif mencegah kematian
"Hasil uji coba terbaru, vaksin kami yang diberikan secara luas, termasuk vaksin Sinovac masih efektif melawan varian Delta," kata Prof Wei Sheng dari Faklutas Kesehatan Masyarakat di Huazhong University of Sciences and Technology saat diwawancarai CCTV, stasiun televisi resmi China, Selasa (22/6).
Wei menuturkan pengalamannya dalam pencegahan dan pengendalian pandemi di Guangzhou, Provinsi Guangdong, bahwa risiko penyakit parah bagi orang yang sudah divaksin sangat berkurang dibandingkan dengan mereka yang belum divaksinasi. "Hal inilah yang menunjukkan bahwa vaksin itu bersifat protektif," ujarnya.
In Picture: 10 Juta Dosis Bulk Vaksin Sinovac Tiba di Bio Farma Bandung
Terlepas dari klaim produsen bahwa vaksin Sinovac masih mampu menghadapi gelombang infeksi varian baru corona, Pemerintah Cile sedang mempelajari kemungkinan untuk mengeluarkan dosis ketiga vaksin Covid-19. Presiden Cile, Sebastian Pinera, mengatakan, para ahli kesehatan sedang memeriksa banyak studi ilmiah. Mereka berusaha menentukan apakah dosis ketiga akan diperlukan saat ia meluncurkan vaksin untuk kalangan remaja di Cile.
"Sebagai pemerintah kita memperhatikan masalah hari ini, tetapi juga harus mengantisipasi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi masalah hari esok,” kata Pinera dilansir dari kantor berita Reuters pada Rabu (23/6).
Seperti Indonesia, Pemerintah Cile sangat bergantung pada suntikan Covid-19 yang dikembangkan oleh Sinovac asal China untuk meluncurkan salah satu kampanye vaksinasi tercepat di dunia. Pemerintah telah memberikan 16,8 juta dosis, bersama dengan 3,9 juta dosis vaksin Pfizer/BioNTech, dan jumlah inokulasi yang lebih kecil dari Cansino Biologics dan AstraZeneca (AZN.L).
Sejauh ini, 78 persen populasi target Cile telah menerima setidaknya satu dosis, dan 61 persen telah divaksinasi lengkap.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada April, vaksin Cina terbukti efektif minimal dalam mencegah penyakit setelah satu dosis. Dengan suntikan kedua, bisa 67 persen efektif dalam mencegah infeksi simtomatik, 85 persen efektif dalam mencegah rawat inap, dan 80 persen dalam mencegah kematian.
Kepala kesehatan masyarakat Cile, Paula Daza, mengatakan kepada stasiun berita TVN Cile bahwa para penyelidik sekarang sedang memeriksa berapa lama perlindungan Sinovac bertahan. Ia akan melaporkan kembali bulan depan.
"Kami pikir data akan menunjukkan bahwa orang yang divaksinasi pada Februari dan mendapat dosis kedua pada Maret kemungkinan akan membutuhkan dosis ketiga pada September," ujar Daza.