Kamis 24 Jun 2021 10:15 WIB

Singapura Susun Panduan Hidup Berdampingan dengan Covid

Singapura menyiapkan diri Covid akan menjadi endemik seperti influenza

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Seorang pengendara sepeda bersepeda melewati cakrawala distrik keuangan melintasi Gardens by the Bay East di Singapura, 15 Februari 2021. Singapura sedang menyusun peta jalan tentang bagaimana hidup lebih normal dengan Covid-19. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/WALLACE WOON
Seorang pengendara sepeda bersepeda melewati cakrawala distrik keuangan melintasi Gardens by the Bay East di Singapura, 15 Februari 2021. Singapura sedang menyusun peta jalan tentang bagaimana hidup lebih normal dengan Covid-19. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA - Pemerintah Singapura sedang menyusun peta jalan tentang bagaimana hidup lebih normal dengan Covid-19 dengan harapan virus itu akan menjadi endemik seperti influenza dan ketika tingkat vaksinasi meningkat. Demikian kata para menteri yang memimpin gugus tugas memerangi virus negara itu.

Negara-kota tersebut telah memvaksin sekitar setengah dari 5,7 juta penduduknya dengan setidaknya satu dosis vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna. Sementara kecepatan vaksinasi Singapura relatif tinggi, negara ini lebih lambat dalam melanjutkan kegiatan sosial dan perjalanan dibandingkan dengan tempat lain dengan tingkat inokulasi serupa.

Baca Juga

"Sudah 18 bulan sejak pandemi dimulai dan orang-orang kami lelah berperang. Semua bertanya: Kapan dan bagaimana pandemi akan berakhir?" ujar menteri Gan Kim Yong, Lawrence Wong, dan Ong Ye Kung dalam sebuah opini di surat kabar The Straits Times pada Kamis (24/6).

Singapura memiliki aturan ketat yang mengatur pertemuan sosial, pemakaian masker, pelacakan kontak, dan perjalanan. Para menteri perdagangan, keuangan, dan kesehatan berharap setidaknya dua pertiga dari populasi divaksin penuh dengan dua dosis saat Hari Kemerdekaan Singapura pada 9 Agustus.

"Kami bekerja untuk memajukan pengiriman vaksin dan mempercepat prosesnya," terang mereka.

Ketika negara mencapai tonggak vaksinasi, pada waktunya, alih-alih memantau jumlah infeksi harian, pihak berwenang akan fokus pada hasil seperti berapa banyak yang jatuh sakit. Mereka yang terinfeksi akan diizinkan untuk pulih di rumah sehingga akan ada lebih sedikit kekhawatiran tentang sistem perawatan kesehatan yang sedang tertekan.

Tes Covid-19 tidak akan menjadi alat untuk memagari dan mengarantina orang. Tes itu akan lebih digunakan untuk memastikan acara, kegiatan sosial, dan perjalanan ke luar negeri dapat berlangsung dengan aman. Para menteri mengatakan orang akan dapat melakukan perjalanan lagi setidaknya ke negara-negara yang juga mengendalikan virus, dengan pengujian dan vaksinasi menghilangkan kebutuhan akan karantina.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement