REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Ribuan warga Palestina di kota Hebron Tepi Barat menghadiri pemakaman Nizar Banat, seorang kritikus vokal dari Otoritas Palestina (PA), pada Jumat (25/6). Dia meninggal dalam tahanan pasukan PA sehari sebelumnya.
Para pelayat melakukan perjalanan dari seluruh Tepi Barat yang diduduki untuk menghadiri salat jenazah untuk Banat di Masjid Wasaya al-Rasool di Hebron. Mereka kemudian berbaris melalui jalan-jalan bersama keluarga dan teman-temannya sebelum dia dimakamkan. Pemakaman dimulai dengan pemindahan jenazah ke rumah keluarganya untuk perpisahan terakhir.
"Orang-orang di sini sangat marah pada Otoritas Palestina. Mereka menyerukan kejatuhan rezim, dan mengatakan mereka berada di bawah pendudukan ganda. Mereka menuduh PA bergandengan tangan dengan Israel," kata Stefanie Dekker dari Aljazirah, berbicara dari Hebron.
Desakan itu termasuk seruan agar Presiden PA Mahmoud Abbas mengundurkan diri. Abbas yang telah menjadi presiden sejak 2005 secara teknis menyelesaikan mandatnya pada 2009, tetapi terus memerintah tanpa adanya pemilihan baru.
Banat berada di tempat tidur di rumahnya di Dura di Hebron selatan, ketika puluhan petugas PA masuk ke dalam rumahnya. Menurut keluarganya, Banat pun kemudian dipukuli pada dini hari Kamis pagi. Dia diseret sambil berteriak dan dia dipukuli di kepala dengan tongkat dan potongan logam.
Setelah melakukan autopsi, sebuah kelompok hak asasi Palestina mengatakan, Banat menerima pukulan di kepala, menambahkan luka-luka itu menunjukkan kematian yang tidak wajar. Sejak kematian Banat, orang-orang Palestina telah secara luas membagikan tulisan dan video menunjukkan kerumunan besar pelayat memprotes PA setelah pemakaman Banat.