Selasa 29 Jun 2021 18:56 WIB

Inggris Yakin Bisa Akhiri Pembatasan Sosial pada Juli

Menteri Kesehatan Inggris yang baru yakin pembatasan sosial bisa diakhiri pada Juli

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Christiyaningsih
Menara London tercermin di Southbank yang sepi di London, Inggris, 05 Januari 2021.
Foto: EPA-EFE/FACUNDO ARRIZABALAGA
Menara London tercermin di Southbank yang sepi di London, Inggris, 05 Januari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Kesehatan Inggris yang baru meyakini bahwa Inggris berada di jalur yang tepat untuk menghapus pembatasan virus corona yang tersisa di negara itu pada 19 Juli. Sajid Javid menekankan peluncuran vaksinasi yang cepat memutus hubungan antara melonjaknya jumlah infeksi dan penyakit serius serta kematian.

Ia pada Senin (28/6) mengatakan kepada Parlemen bahwa semua angka yang dia lihat menunjukkan negara itu menuju ke arah yang benar. "Pembatasan kebebasan kita harus diakhiri," ujar Sajid Javid dilansir di Euronews, Selasa (29/6).

Baca Juga

Nada percaya dirinya muncul meskipun ada kekhawatiran yang meluas tentang lonjakan infeksi ketiga di Inggris yang didorong oleh penyebaran varian delta yang lebih menular. Angka pemerintah pada Senin (28/6) menunjukkan lonjakan besar dalam infeksi, dengan 22.868 kasus yang dikonfirmasi.

Itu adalah angka harian tertinggi sejak akhir Januari. Meskipun angka tersebut kemungkinan meningkat oleh fakta bahwa angka hari sebelumnya 14.876 secara artifisial rendah karena data yang tidak lengkap untuk Inggris.

"Tidak ada tanggal yang kami pilih tanpa risiko nol untuk Covid-19, kami tahu kami tidak bisa begitu saja menghilangkannya, kami harus belajar untuk menghadapinya. Orang dan bisnis membutuhkan kepastian, jadi kami ingin setiap langkah tidak dapat diubah," kata Sajid Javid.

Javid diangkat menjadi menteri kesehatan pada Sabtu (26/6) setelah pendahulunya, Matt Hancock, mengundurkan diri. Hancock mundur menyusul pengungkapan dia berselingkuh dengan seorang teman lama yang dia sewa sebagai penasihat Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial.

Hancock terpaksa mundur di tengah kemarahan karena dia telah melanggar aturan jarak sosial dengan mencium penasihatnya di kantornya. Para kritikus melihat keluarnya Hancock sebagai contoh terbaru dari kronisme dan kemunafikan di jantung pemerintahan Konservatif Perdana Menteri Boris Johnson, yang telah berulang kali dituduh tidak mempraktikkan apa yang disosialisasikannya selama pandemi.

Meskipun jumlah orang di rumah sakit dan kematian telah meningkat selama beberapa pekan terakhir, mereka tidak meningkat pada tingkat yang sama dengan infeksi. Sebagian besar infeksi dilaporkan di antara orang yang lebih muda.

Pada Senin, tiga kematian terkait virus lainnya dilaporkan, menjadikan total Inggris menjadi 128.103. Sepanjang pandemi, angka kematian pada Senin secara tradisional lebih rendah karena keterlambatan pelaporan akhir pekan.

Namun, banyak pakar virus dan pejabat Layanan Kesehatan Nasional mendesak pemerintah untuk tidak mempercepat jadwal. Mereka mengatakan perlu waktu untuk memvaksinasi sebanyak mungkin orang di tengah penyebaran cepat varian delta yang sangat menular, yang pertama kali ditemukan di India.

“Sangat penting bagi kita untuk mendapatkan tingkat vaksinasi setinggi mungkin sebelum ada pertimbangan untuk mengurangi pembatasan saat ini, yang tidak benar-benar menahan wabah,” kata Peter Openshaw, profesor kedokteran eksperimental di Imperial College London.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement