Rabu 30 Jun 2021 14:37 WIB

Bupati Sleman Minta Warga di Rumah Saja Selama 7 Hari

Gerakan ini dilakukan mulai 28 Juni 2021.

Pemkab Sleman mengajak warganya untuk berada di rumah saja selama tujuh hari terhitung mulai 28 Juni 2021 (ilustrasi).
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Pemkab Sleman mengajak warganya untuk berada di rumah saja selama tujuh hari terhitung mulai 28 Juni 2021 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, mengajak masyarakat di daerah itu bersama-sama memutus rantai penyebaran Covid-19. Salah satu yang bisa dilakukan yaitu lewat gerakan "Sesarengan Jogo Sleman" dengan cara tidak bepergian atau di rumah saja selama tujuh hari terhitung mulai 28 Juni 2021.

"Gerakan ini untuk mengedukasi masyarakat, khususnya di Sleman, agar menahan diri dan di rumah saja dalam waktu tujuh hari sejak Senin, 28 Juni," kata Kustini pada jumpa pers virtual di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (30/6).

Menurut dia, gerakan ini perlu dilakukan karena lonjakan kasus yang signifikan di Kabupaten Sleman dalam beberapa waktu terakhir ini. "Gerakan ini tertuang melalui Surat Edaran Nomor 443/01745 perihal ajakan 'Di Rumah Saja'. Melalui gerakan perubahan, kami mengimbau masyarakat untuk berusaha semaksimal mungkin berada di rumah saja, kecuali untuk kepentingan pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan mendesak, seperti pangan dan kesehatan," kata dia.

Kustini mengatakan, jika terpaksa harus keluar rumah, masyarakat diimbau untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan. "Masyarakat juga diimbau untuk tidak melaksanakan rapat/pertemuan secara tatap muka, membatasi kegiatan berkumpul, makan bersama dan mewaspadai celah penularan Covid-19, antara lain saat harus membuka masker," jelasnya.

Kustini mengatakan, pandemi Covid-19 ini menjadi masalah kita bersama yang harus diselesaikan bersama sama. "Gerakan 'Sesarengan Jogo Sleman' sebagai perwujudan sikap welas asih untuk bersama sama menjaga Sleman dengan memutus mata rantai penyebaran Covid-19," ujarnya.

Dia mengatakan, masyarakat selama pandemi ini masih melakukan aktivitas yang tidak terlalu mendesak dan sering berkerumun. "Apalagi tingkat kesadaran masyarakat untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap aktivitas juga mengalami penurunan. Hal ini semakin memicu timbulnya penularan Covid-19 yang lebih massif dan tidak dapat dikendalikan," kata Kustini.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement