Rabu 30 Jun 2021 21:33 WIB

52.350 Anak di Jabar Terpapar Covid-19

Penambahan jumlah anak terpapar Covid-19 mencapai 3.297 per pekan.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus raharjo
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Nina Susana Dewi memberikan keterangan kepada awak media saat konferensi pers terkait pasien suspect Novel Coronavirus (nCoV) di RSUP Hasan Sadikin, Kota Bandung, Senin (27/1).
Foto: Abdan Syakura_Republika
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Nina Susana Dewi memberikan keterangan kepada awak media saat konferensi pers terkait pasien suspect Novel Coronavirus (nCoV) di RSUP Hasan Sadikin, Kota Bandung, Senin (27/1).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Jabar) mencatat jumlah kasus anak terpapar Covid-19 di wilayahnya sudah mencapai 52.350 orang. Kepala Dinas Kesehatan Jabar mengatakan, jumlah ini merupakan akumulasi dari awal pandemi sampai saat ini.

"Kalau kita jumlahkan sudah ada 52.350 kasus di Jabar," ujar Nina kepada wartawan, Rabu (30/6). Ia mengatakan, kalau dilihat perbandingan dengan kasus dewasa, kasus anak ini hampir 14 persen. Saat ini, kasus dewasa di Jabar keseluruhannya ada 368 ribu.

"Nah, kalau lihat per minggu, kasus ini penambahannya 3.297, sekitar 3.300 per minggu menambahnya yang anak," katanya.

Menurutnya, yang paling besar banyak terjangkit atau 77 persen anak usia sekolah. Kedua balita, bayi dan prasekolah. Daerah di Jabar yang kasus anaknya terbanyak ada di Kab Garut, Kota Depok, Kota Bandung dan Subang.

"Kalau vaksinasi (anak), Jabar sudah ada di dua wilayah Bogor dan Majalengka sebagai pilot project," katanya.

Sementara untuk tenaga kesehatan (Nakes) yang terpapar di data, kata dia, jumlah nakes yang terpapar Covid 19 berdasarkan data sementara ada 1.081 yang terpapar dan yang meninggal 32. "Memang ini yang menyebabkan kinerja fasilitas kesehatan harus mengatur WFH dan sebagainya. Itu keterpaparan terus berlanjut. Harus mengatur SDM. Bantuan SDM dari pemda sangat membantu mereka," ujarnya.

Terkait sulitnya mencari ambulance, Nina mengatakan, saat ini semua tahu situasi kasus Covid 19 meningkat. Kalau di awal Mei, kasusnya melandai sekarang meningkatnya masif.

"Karena di sekitar kita ada delta di RS, bukan hanya pasien membludak di IGD, pasien melimpah, di tenda juga ga masalah. Tapi ini berimbas pada kematian," katanya.

Ambulance, kata dia, menjadi sulit karena di Rumah Sakit  termasuk Puskesmas, kalau yang meninggal itu harus diantar ke pemakaman. "Itu di tempat pemakaman juga sudah antre, sehingga kadang-kadang tidak kebagian ambulance untuk warga lain. Mobilisasi ambulance bukan main makanya susah," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement