REPUBLIKA.CO.ID, oleh Uji Sukma Medianti
Kondisi gawatnya penularan Covid-19 di Kota Bekasi tergambar dari suasana rumah sakit (RS) dan tempat pemakaman umum (TPU). Jika di RSUD Chasbullah Abdulmadjid, Kota Bekasi, pasien Covid-19 mengantre untuk menjalani perawatan, di TPU Padurenan, Kecamatan Mustika Jaya, jenazah pasien Covid-19 harus antre untuk dimakamkan.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, mengakui, RSUD Kota Bekasi kini tidak bisa menerima semua pasien Covid-19. Menurutnya, saat ini tak semua pasien bisa datang begitu saja ke RSUD meskipun bergejala.
"Kalau diare dan pusing isolasi di rumah. Tapi kalau sudah sesak napas ini bawa ke triase karena di sini ada dokter dan oksigen," kata pria yang akrab disapa Pepen, Rabu (30/6).
Sementara pasien dengan komorbid, seperti jantung bisa dirujuk ke rumah sakit umum. Pepen mengatakan, sebelumnya pasien dengan gejala ringan banyak yang mendatangi rumah sakit. Hal ini menjadi salah satu pemicu menumpuknya pasien di RSUD.
"Sekarang kan orang baru pusing sudah dibawa ke rumah sakit umum makanya sekarang jadi penuh," terangnya.
In Picture: Tenda Darurat di RSUD Bekasi Atasi Membeludaknya Pasien
Pemkot Bekasi saat ini juga membatasi jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RSUD Chasbullah Abdulmadjid sebesar 75 persen kapasitas. Hal ini menepis adanya kemungkinan ditutupnya Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk pasien Covid-19 seperti yang dilakukan oleh Pemkab Bekasi.
"Saya enggak mau. Saya kasih target setinggi-tingginya 75 persen buat Covid-19, 25 persen non-Covid," kata Pepen.
Pengendalian Covid-19 dari sisi hilir, kata Pepen, sapaan akrabnya, sudah diupayakan dengan menambah tenda-tenda triase di halaman parkir RSUD, kini jumlahnya mencapai 10 tenda.
"Di sini sudah kita tambah, triase, IGD-nya juga sudah kita tambah, rumah sakit swasta kita minta 40 persen kapasitas," ungkapnya.
Pepen juga menetapkan situasi darurat di wilayahnya. Hal itu lantaran ada 72 orang yang meninggal dalam sehari karena Covid-19.
"Kita tetapkan sekarang darurat kan sudah 72 orang yang meninggal dalam sehari," kata Pepen.
Kenaikan signifikan dari angka kematian di Kota Bekasi terjadi dalam satu pekan terakhir. Eskalasinya mulai nampak di TPU Padurenan, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi sejak akhir pekan lalu, di mana jenazah harus mengantre untuk dimakamkan.
"Kemarin memang ada antrean (pemakaman jenazah)," kata Pepen, di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, Kamis (1/7).
Politisi Partai Golkar ini menyebut, pada 27 Juni ada 43 orang yang meninggal dunia kemudian pada 28 Juni ada 40 orang, dan pada 29 Juni ada 73 orang. Seluruhnya dimakamkan di TPU khusus Covid-19 tersebut.
Situasi ini disebut Pepen sudah terprediksi. Untuk itu, pada 22 Juni lalu pihaknya telah mengoperasikan alat berat untuk mengubur puluhan jenazah.
"Makanya dari 22 Juni itu kita ancang-ancang eskavator (alat berat) masuk. Karena, gali satu lubang saja mungkin bisa menghabiskan waktu dua sampai tiga jam," terangnya.
Pepen mengatakan, saat ini ada banyak jenazah di RSUD Chasbullah Abdulmadjid yang belum dimakamkan. Dalam menghadapi situasi ini, Pepen meminta kepada warganya agar melapor kepada puskesmas setempat apabila diketemukan kasus kematian tidak di rumah sakit. Sehingga, tidak perlu lagi ke RSUD atau rumah sakit swasta.
"Saya juga imbau kepada warga masyarakat, kalau diketemukan itu meninggal tidak dalam fasilitas RS. Segera info ke puskesmas, nanti diambil oleh tim puskesmas," ungkapnya.
"Tim puskesmas dibawa ke rumah singgah, terus kita bawa ke pemulasaran sesuai WHO. Baru kita makamkan ke TPU Padurenan," kata ia menambahkan.
Adapun, berdasarkan data yang dirilis Dinas Kesehatan Kota Bekasi, kasus meninggal dunia mengalami kenaikan sejak dua pekan lalu. Hingga 26 Juni 2021, jumlah kasus kematian bertambah menjadi 662 kasus. Jumlah ini belum termasuk angka kematian hingga 30 Juni kemarin.
Tren angka kematian sejak 20 hingga 26 Juni naik secara gradual dari 1,26 persen menjadi 1,29 persen per jumlah kasus aktif yang mencapai 3.044 orang pada 26 Juni 2021.