Sabtu 03 Jul 2021 20:07 WIB

Luhut Ancam 'Sikat' Oknum yang Mainkan Harga Obat & Oksigen

Luhut menegaskan akan menindaktegas oknum yang memainkan harga obat terapi Covid.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati  / Red: Bayu Hermawan
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan
Foto: dok. Tangkapan Layar
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator (Menko) Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan meminta oknum yang memainkan harga obat terapi Covid-19 ditindak tegas. Koordinator PPKM darurat Jawa-Bali itu mengakui dalam beberapa hari terakhir, harga obat terapi untuk Covid-19 melonjak.

"Misalnya obat Ivermectin itu sampai harganya berapa puluh ribu. Padahal, harga aslinya hanya Rp 7.800 hingga Rp 8 ribuan," ujarnya saat bicara di konferensi virtual Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Sabtu (3/7).

Baca Juga

Luhut telah meminta Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin supaya harga Ivermectin dipatok dibawah Rp 10 ribu. Akhirnya, dia melanjutkan, Menkes mengeluarkan peraturan menteri kesehatan masalah ini. 

Bukan hanya masalah obat, Luhut menegaskan bahwa masalah kesehatan lainnya seperti oksigen hingga membuat hoaks berita tidak benar akan ditindak. Ia telah meminta Kabareskrim Polri, Komjen Agus Andrianto supaya menindak oknum yang bermain saat darurat seperti sekarang. 

Bahkan, Luhut telah meminta pihak Kejaksaan juga ikut serta menindak tegas orang yang melakukan tindakan tidak terpuji itu. "Saya tidak ada urusan siapa dia, tidak ada urusan beking. Pokoknya cabut sampai ke akarnya," katanya.

Luhut menegaskan harga-harga obat harus dibuat wajar. Menurutnya, Peraturan menteri kesehatan (Permenkes) yang dibuat oleh menteri kesehatan menjadi acuan dan diterapkan.  

Ia memastikan pihaknya akan mendukung pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkait masalah ini karena menyangkut masalah kemanusiaan. Kini, luhut mengaku pusing karena kebutuhan oksigen meningkat enam hingga tujuh kali lipat.  "Jangan ditambah lagi dengan persoalan yang tidak perlu atau mengambil keuntungan dari keadaan ini," katanya. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement