Ahad 04 Jul 2021 20:42 WIB

Pakar Sebut Orang tak Divaksinasi Bagai Pabrik Varian Baru

Semakin banyak orang tidak divaksinasi, semakin banyak peluang virus berkembang biak.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Qommarria Rostanti
Vaksinasi Covid-19 (ilustrasi).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Vaksinasi Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Orang yang tidak divaksinasi melakukan lebih dari sekadar mempertaruhkan kesehatan mereka sendiri. Mereka juga berisiko bagi semua orang jika terinfeksi virus corona.

Itu karena satu-satunya sumber dari varian virus corona baru adalah tubuh orang yang terinfeksi. "Orang yang tidak divaksinasi adalah pabrik varian virus yang potensial. Semakin banyak orang yang tidak divaksinasi, semakin banyak peluang virus berkembang biak," kata Profesor di Divisi Penyakit Menular di Vanderbilt University Medical Center, dr William Schaffner, dilansir di CNN, Ahad (4/7).

Saat itu terjadi, virus bermutasi, dan bisa menimbulkan mutasi varian yang bahkan lebih serius pada masa depan. Semua virus bermutasi, dan meskipun virus corona tidak terlalu rentan terhadap mutasi, virus ini berubah dan berevolusi. Sebagian besar perubahan tidak berarti apa-apa bagi virus, dan beberapa dapat melemahkannya. Tetapi kadang-kadang, virus mengembangkan mutasi acak yang memberikan keuntungan seperti transmisibilitas yang lebih baik, atau replikasi yang lebih efisien, atau kemampuan untuk menginfeksi berbagai macam inang.

Virus dengan keunggulan akan mengungguli virus lain, dan pada akhirnya akan menjadi mayoritas partikel virus yang menginfeksi seseorang. Jika orang yang terinfeksi itu menularkan virus ke orang lain, mereka akan menularkan versi mutannya.

Jika versi mutan cukup berhasil, itu menjadi varian. Tapi virus it harus direplikasi untuk melakukan itu. Orang yang tidak divaksinasi memberikan kesempatan itu.

"Ketika mutasi muncul pada virus, yang bertahan adalah yang membuat virus lebih mudah menyebar di populasi," kata ahli mikrobiologi dan imunologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg, Andrew Pekosz.

Menurut Pekosz, setiap kali virus berubah, itu memberi virus platform yang berbeda untuk menambahkan lebih banyak mutasi. Sekarang kita memiliki virus yang menyebar lebih efisien. Namun, virus yang tidak menyebar tidak dapat bermutasi.

Varian telah muncul di seluruh dunia, varian B.1.1.7 atau Alpha pertama kali terlihat di Inggris. Varian B.1.351 atau Beta pertama kali terlihat di Afrika Selatan. Varian Delta, juga disebut B.1.617.2, terlihat pertama kali di India. 

Di AS telah muncul beberapa variannya sendiri, termasuk garis keturunan B.1.427 atau Epsilon yang pertama kali terlihat di California, dan varian B.1.526 atau Eta yang pertama kali terlihat di New York. Satu varian baru kini telah menyapu sebagian besar dunia. Pada musim panas lalu, versi virus yang membawa mutasi yang disebut D614G pergi dari Eropa ke AS dan kemudian ke seluruh dunia.  Perubahan tersebut membuat virus lebih berhasil mereplikasi lebih baik, sehingga versi tersebut mengambil alih dari jenis asli yang muncul dari China. Varian ini muncul sebelum orang mulai memberi nama varian, tetapi itu menjadi versi default virus.

Sebagian besar varian yang lebih baru menambahkan perubahan pada D614G.  Varian Alpha, atau B.1.1.7, menjadi varian dominan di AS pada akhir musim semi berkat transmisibilitas ekstranya. Kini varian Delta semakin menular, dan akan menjadi varian dominan di banyak negara, termasuk AS.

Vaksin saat ini melindungi dengan baik terhadap semua varian sejauh ini, tetapi itu bisa berubah setiap saat. Itu sebabnya dokter dan pejabat kesehatan masyarakat ingin lebih banyak orang divaksinasi.

"Semakin kita membiarkan virus menyebar, semakin besar peluang virus itu untuk berubah," saran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bulan lalu.

Jika virus mencoba menginfeksi seseorang yang memiliki kekebalan, virus itu mungkin gagal, atau mungkin berhasil dan menyebabkan infeksi ringan atau tanpa gejala. Dalam hal ini, virus akan bereplikasi sebagai respons terhadap tekanan dari sistem kekebalan yang prima.

Virus yang berhasil adalah virus yang membuat perubahan acak yang membuatnya terlihat kurang terlihat oleh sistem kekebalan tubuh. Populasi orang yang tidak divaksinasi itu memberi virus perubahan tidak hanya untuk menyebar, tetapi juga untuk berubah.

"Yang dibutuhkan hanyalah satu mutasi pada satu orang," kata dokter anak dan ahli imunologi di Boston College, dr Philip Landrigan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement