Kamis 08 Jul 2021 16:54 WIB

Masuk Variant of Interest, Kenali Lebih Jauh Varian Lambda

Varian Lambda pertama kali terdeteksi di Peru, dan menyebar ke 29 negara.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Varian Lambda pertama kali terdeteksi di Peru, dan menyebar ke 29 negara.
Foto: PixaHive
Varian Lambda pertama kali terdeteksi di Peru, dan menyebar ke 29 negara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sementara beberapa negara sedang berjuang melawan varian delta, ada mutasi Covid-19 lain juga kian meningkatkan kekhawatiran. Mutasi satu ini dijuluki varian Lambda atau C.37, dan telah diidentifikasi di banyak negara salah satunya Amerika Selatan.

Dilansir dari Health, Kamis (8/7), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkap bahwa varian Lambda pertama kali diidentifikasi di Peru pada awal Desember 2020. Sejak itu, varian Lambda telah dilaporkan menyebar ke 29 negara.

Baca Juga

Dari catatan WHO, sebanyak 81 persen kasus Covid-19 di Peru sejak April 2021 telah dikaitkan dengan Lambda. Di Chili, varian tersebut menyumbang sekitar sepertiga dari kasus yang dilaporkan dalam 60 hari terakhir.

WHO mengkategorikan Lambda sebagai “variant of interest” pada 14 Juni. Pelabelan ini menunjukkan bahwa Lambda diyakini memengaruhi tingkat penularan dan keparahan penyakit. Varian ini juga diyakini menjadi penyebab tingginya kluster penularan di beberapa komunitas di banyak negara.

Meskipun penularan varian Lambda meningkat di Peru, beberapa ilmuwan tidak ingin langsung menyimpulkan bahwa varian ini jauh lebih menular daripada varian lainnya.

 "Hingga kini, belum ada ada bukti yang menunjukkan bahwa itu (Lambda) lebih agresif daripada varian lain. Mungkin saja memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi, tetapi harus ada penelitian untuk membuktikan itu,” kata Penasehat Organisasi Kesehatan Pan-Amerika (PAHO) Jairo Méndez Rico.

Public Health England (PHE) saat ini juga tengah melakukan penyelidikan ihwal karakter varian Lambda. Namun sejauh ini, PHE belum memiliki bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa varian ini memicu keparahan penyakit atau membuat efektivitas vaksin menurun.

Lalu apakah vaksin yang tersedia saat ini efektif melawan Lambda? Datanya belum banyak. Hasil awal penelitian di Peru, yang didasarkan pada sampel darah dari petugas kesehatan yang telah divaksinasi, menunjukkan bahwa mutasi pada protein varian Lambda lebih menular dan lebih mampu melepaskan diri dari antibodi penetral yang ditimbulkan oleh vaksin CoronaVac. Meski begitu, studi ini belum ditinjau oleh sejawat.

Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) belum mengidentifikasi Lambda sebagai variant of interest. Namun, CDC menegaskan bahwa pada dasarnya, virus akan terus berubah melalui mutasi.

Beberapa varian Covid-19 yang saat ini beredar di AS naik ke status yang lebih memprihatinkan. Alpha (B.1.1.7), Beta (B.1.351), Delta (B.1.617.2 ), dan Gamma (P.1) semuanya telah diklasifikasikan sebagai variant of interest (VOI) yang berarti ada bukti peningkatan penularan dan memperparah penyakit.

Atas hal itu, Presiden AS Joe Biden kembali mendesak warga AS yang belum divaksinasi untuk segera disuntik vaksin demi memperlambat penyebaran virus.

"Jutaan orang Amerika masih belum divaksin dan tidak terlindungi. Karena itu, komunitas mereka berisiko, teman-teman mereka berisiko, orang-orang yang mereka sayangi berisiko. Ini menjadi perhatian yang lebih besar karena varian Delta,” kata Biden.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement