REPUBLIKA.CO.ID, Muhammad Kahfi Pratama (12 tahun) baru saja dinyatakan lulus sekolah dasar. Tahun ini dia melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 139 Jakarta Timur setelah hampir dua tahun mengikuti kegiatan belajar mengajar lewat daring di sekolah dasar. Di tahun pertamanya berseragam putih biru, Kahfi pun terancam harus mengikuti sekolah secara daring mengingkat masih tingginya tingkat penyebaran Covid-19.
Kepada Republika.co.id, Kamis (8/7), Kahfi berharap bisa belajar di sekolah. Terlebih ini adalah tahun pertamanya mengijak remaja. "Maunya sih (belajar) di sekolah. Tapi kan sedang ada corona," kata dia.
Selama hampir dua tahun belajar di rumah, Kahfi merasa kehilangan banyak hal. Di antaranya komunikasi dengan teman-temannya dan transfer ilmu yang didapatkan dari guru. "Bosen di rumah terus. Pelajaran selama ini sulit untuk dicerna," ucap Kahfi.
Anak pertama dari tiga bersaudara itu pun berharap cepat mendapatkan vaksinasi dan para guru bisa mendapatkan vaksinasi agar PTM bisa segera diberlakukan. Sebab, menurut dia, belajar di sekolah akan meningkatkan mutu pendidikan peserta didik. "Apalagi di rumah terus gak dapat uang jajan, gak ketemu teman," kata lulusan SDN 07 Pagi Jakarta itu.
Harapan yang sama disampaikan guru SMPN 6 Jakarta, Gigin, Mpd. Ia berharap PTM segera diberlakukan untuk menjaga pola pendidikan yang selama ini sudah terbangun. Namun, ia pun mendukung jika memang PTM belum dijalankan karena pertimbangan keselamatan.
Menurut Gigin, keselamatan para guru dan peserta didik adalah hal utama. Apalagi PTM saat ini juga dibayangi dengan kebijakan PPKM Darurat.
"Kalau memang belum siap seratus persen lebih baik memang anak-anak sekolah daring. Faktor kesehatan menjadi alasan kuat agar belajar online tetap diberlakukan di masa pandemi seperti sekarang," kata Gigin yang baru satu kali mendapatkan vaksin.
Jebolan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu pun berharap vaksinasi untuk guru dan anak-anak segera rampung dan mencapai target. Ia juga berpesan kepada orang tua para peserta didik memaksimalkan apa pun metode pembelajaran. "Meski belajar online itu memang saya akui belum efektif untuk peserta didik," ucap Gigin.
Rencana pemerintah lewat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pada tahun ajaran baru kali ini dinilai banyak kalangan akan berbenturan dengan berbagai hal. Mulai dari risiko kesehatan hingga kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.
Upaya pemerintah memberikan vaksi kepada anak-anak berusia 12-17 tahun pun menjadi salah satu ikhtiar meredam penyebaran Covid-19 dan rencana dibukanya belajar di sekolah. Kelompok usia ini dinilai rentan tertular, terutama oleh beberapa varian baru virus Corona. Vaksinasi Covid-19 untuk anak-anak Indonesia berusia 12 sampai 17 tahun resmi dimulai, Kamis, 1 Juli 2021.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menargetkan vaksinasi bisa mencapai 2 juta dosis per hari. Sehingga, kemampuan penyuntikan harus ditingkatkan.
"Selain itu, penyebaran Covid-19 terutama pada anak meluas, maka kelompok ini perlu mendapatkan vaksinasi," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi saat konferensi virtual bertema Strategi Mewujudkan 2 Juta Dosis Vaksinasi Covid-19.
Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) mengeluarkan rekomendasi persetujuan penggunaan vaksin Covid-19 produksi Badan Usaha Milik Negara Penghasil Vaksin PT. Biofarma (Sinovac) untuk kelompok usia lebih dari 12 tahun...