Rabu 14 Jul 2021 17:25 WIB

Taliban Berkuasa, Bush: Wanita Afghanistan akan Menderita

Bush mengkritik penarikan pasukan AS dan NATO dari Afghanistan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Mantan presiden AS, George W Bush
Foto: AP
Mantan presiden AS, George W Bush

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan presiden Amerika Serikat (AS) George W. Bush mengkritik penarikan pasukan NATO dari Afghanistan. Menurutnya, langkah itu membuka pintu bagi Taliban untuk “membantai” warga sipil di negara tersebut.

“Perempuan dan gadis Afghanistan akan menderita kerugian yang tak terlukiskan. Penarikan ini adalah kesalahan. Mereka hanya akan ditinggalkan untuk dibantai oleh orang-orang yang sangat brutal ini dan hal itu menghancurkan hati saya,” kata Bush saat diwawancara media Jerman Deutsche Welle, Rabu (14/7).

Baca Juga

Bush adalah tokoh yang memutuskan untuk mengirim pasukan AS ke Afghanistan pada 2001. Langkah tersebut diambil pasca-serangan ke gedung World Trade Center (WTC) di New York pada 11 September tahun itu. Pasukan AS dan NATO mulai menarik diri dari Afghanistan pada awal Mei lalu.

Presiden AS Joe Biden telah menetapkan 11 September untuk menyelesaikan proses penarikan pasukan negaranya. Tanggal itu dipilih sekaligus untuk memperingati dua dekade insiden serangan WTC.  Belakangan Biden mempercepat penarikan menjadi akhir Agustus. Sebagian besar dari 2.500 tentara AS dan 7.500 tentara NATO di Afghanistan kini telah ditarik.

Hengkangnya pasukan asing dari Afghanistan segera dimanfaatkan Taliban untuk melancarkan serangan. Menurut Kementerian Pengungsi dan Repatriasi Afghanistan, serangkaian serangan Taliban dalam dua pekan terakhir telah menyebabkan 5.600 warga di sana meninggalkan rumahnya. Kebanyakan dari mereka berada di wilayah utara Afghanistan. Wilayah tersebut merupakan benteng tradisional sekutu AS dan didominasi etnis minoritas.

Taliban juga dilaporkan telah mengepung daerah Kandahar di selatan dan Badghis di utara. Di ibu kota Kabul, warga telah mencemaskan potensi serangan Taliban. Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan sistem pertahanan roket telah disiagakan di kota tersebut.

Pada Februari tahun lalu, Taliban dan AS telah terlebih dulu menyepakati perjanjian damai. Salah satu poin kesepakatan adalah personel militer AS dan sekutu NATO-nya harus hengkang dari Afghanistan dalam 14 bulan jika Taliban memenuhi komitmennya. Itu menjadi salah satu kondisi yang hendak diciptakan Taliban sebelum memulai pembicaraan damai dengan Pemerintah Afghanistan.

Meski sempat terhenti, saat ini perundingan damai intra-Afghanistan masih bergulir. Konflik Afghanistan dengan Taliban telah berlangsung selama dua dekade, yakni sejak 2001. Peperangan tersebut diperkirakan telah memakan setidaknya 47.600 korban jiwa. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement