REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA — Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, masih terlalu dini untuk mengesampingkan hubungan potensial antara kebocoran laboratorium sebagai asal munculnya virus corona jenis baru (SARS-CoV-2). Virus ini telah menyebabkan Covid-19 , penyakit yang menjadi pandemi sejak tahun lalu.
Dalam sebuah pernyataan, Tedros menyerukan agar Pemerintah China bersikap lebih transparan ketika para ilmuwan melakukan penyelidikan asal usul Covid-19. Ia menyebut, selama ini tim internasional yang melakukan perjalanan ke Negeri Tirai Bambu awal tahun ini untuk menyelidiki sumber penyakit wabah tersebut kesulitan mendapatkan akses data mentah.
Kasus Covid-19 pertama kali dikonfirmasi di Wuhan, China pada Desember 2019. Tedros mengatakan bahwa WHO sebenarnya telah meminta negara itu bersikap transparan, terbuka, dan mau bekerja sama khususnya dalam memberi informasi data mentah yang diminta sejak awal pandemi terjadi.
Karena itu, Tedros mengatakan, masih terlalu dini untuk mengesampingkan teori bahwa virus itu mungkin telah lolos dari laboratorium Pemerintah China di Wuhan. Pernyataan ini bertentangan dengan laporan WHO pada Maret yang menyimpulkan bahwa kebocoran laboratorium adalah hal yang sangat tidak mungkin.
"Saya sendiri adalah seorang teknisi laboratorium, saya seorang ahli imunologi, dan saya telah bekerja di laboratorium, dan kecelakaan laboratorium terjadi, itu biasa," ujar Tedros, dilansir France 24, Jumat (16/7).
Dalam beberapa bulan terakhir, gagasan bahwa pandemi dimulai di laboratorium dan mungkin melibatkan virus yang direkayasa telah mendapatkan daya tarik. Salah satunya bagi Presiden AS Joe Biden yang memerintahkan peninjauan intelijen untuk menilai kemungkinan tersebut pada Mei.
Hal tersebut membuat Pemerintah China mengecam AS dan mengatakan bahwa upaya untuk menghubungkan asal-usul Covid-19 ke laboratorium bermotivasi politik. Negara itu telah menyarankan bahwa wabah mungkin telah dimulai di luar negeri.