Sabtu 17 Jul 2021 00:50 WIB

Epidemiolog: Tingkatkan Terus Testing, Batasi Mobilitas

Angka positivity rate di Indonesia kini mencapai kisaran 30 persen.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andri Saubani
Sejumlah pasien berada di teras gedung Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura, Papua, Jumat (16/7/2021). Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD Jayapura dr Silwanus Sumule mengaku kapasitas ruangan di rumah sakit sudah terisi penuh, hasil antigen pasien yang reaktif diberikan tempat diluar gedung.
Foto: Antara/Indrayadi TH
Sejumlah pasien berada di teras gedung Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura, Papua, Jumat (16/7/2021). Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD Jayapura dr Silwanus Sumule mengaku kapasitas ruangan di rumah sakit sudah terisi penuh, hasil antigen pasien yang reaktif diberikan tempat diluar gedung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Laura Navika Yamani meyakini, tingkat penularan Covid-19 di Indonesia saat ini masih sangat tinggi. Hal itu tercermin dari tingginya angka positivity rate yang kini mencapai kisaran 30 persen.

Laura menerangkan, kondisi saat ini di lapangan adalah pemerintah sedang menggenjot angka testing dan hasilnya temuan kasus positif Covid-19 melonjak. Idealnya, jumlah kasus baru Covid-19 turun saat rasio testing dinaikkan, yang menandakan penularan mereda.

Baca Juga

"Artinya sebetulnya penyebaran Covid-19 di masyarakat sekarang masih cukup banyak," ujar Laura, kepada Republika, Jumat (16/7).

Menurut Laura, kapasitas testing secara jumlah saat ini sudah jauh meningkat dibandingkan sebelumnya. Selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, kata Laura, seharusnya peningkatan testing diiringi penurunan angka positivity rate.

Terkait harus ditambah berapa lagi kapasitas pemeriksaannya, dia menjawab, itu tergantung kemampuan pemerintah. Ia pun menduga, kemampuan testing pemerintah saat ini bisa dibilang sudah mentok. Sehingga, dia melanjutkan, solusinya adalah pemerintah Indonesia melakukan pembatasan mobilisasi masyarakat dengan tujuan supaya penyebaran virus tidak terus terjadi.

"Kalau mobilitas tidak dibatasi maka penularan virus terus meningkat, jadi kapasitas testing yang dimiliki seolah-olah tidak cukup karena positivity rate akan kembali naik," ujarnya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement