Senin 26 Jul 2021 18:02 WIB

94 Persen Pasien Covid Wafat Belum Divaksin? Ini Kata IDI

Wakil Ketua Umum PB IDI mengaku pihaknya belum tahu data itu dari mana.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andi Nur Aminah
Petugas Public Safety Center 119 (PSC 119) bersama petugas puskesmas mengevakuasi jenazah pasien Covid-19 yang meninggal saat isolasi mandiri (isoman) di rumahnya di Jalan Cibarengkok, Sukajadi, Kota Bandung (ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas Public Safety Center 119 (PSC 119) bersama petugas puskesmas mengevakuasi jenazah pasien Covid-19 yang meninggal saat isolasi mandiri (isoman) di rumahnya di Jalan Cibarengkok, Sukajadi, Kota Bandung (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono menyebut 94 persen kasus kematian pasien akibat Covid-19 terjadi karena belum divaksinasi. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mempertanyakan pernyataan tersebut mengambil sumber darimana.

Wakil Ketua Umum PB IDI Slamet Budiarto mengaku pihaknya belum tahu data itu dari mana. "Makanya harus ditanyakan dulu (ke Dante, Red) datanya darimana. Karena saya kan direktur rumah sakit belum pernah melaporkan pasien Covid-19 yang meninggal dunia itu sudah divaksin atau belum," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Senin (26/7).

Baca Juga

Oleh karena itu, PB IDI tidak bisa berkomentar masalah ini. Kendati demikian, Slamet mengakui dibandingkan tidak divaksin maka lebih baik masyarakat divaksin. Sebab, ia menegaskan vaksin Covid-19 bermanfaat. Meski memang ada orang yang sudah divaksin kemudian meninggal dunia, Slamet menegaskan vaksin Covid-19 tetap memiliki manfaat perlindungan walaupun tidak bisa 100 persen. Ia mengutip data dari organisasi kesehatan dunia PBB (WHO) yang mengatakan, efikasi vaksin Covid-19 Sinovac yang kebanyakan digunakan di Indonesia sekitar 51 persen.

"Artinya Sinovac kan bisa melindungi sampai 50 persen, itu lumayan daripada orang-oramg yang tidak divaksin maka ada kemungkinan semua bisa terpapar Covid-19 karena perlindungannya kan nol persen," katanya.

Jadi, Slamet menegaskan daripada tidak divaksin maka jauh lebih baik mendapatkan vaksin. Sebab, imunisasi Covid-19 jauh lebih melindungi. Kendati demikian, Slamet meminta protokol kesehatan harus tetap dijalankan masyarakat meski sudah divaksin lengkap dua dosis. Sebab, Slamet menjelaskan meski sudah divaksin kemudian tidak menjalankan protokol kesehatan maka bisa terpapar virus karena vaksin Sinovac di Indonesia memiliki efikasi 65 persen. 

"Artinya masih ada kemungkinan 35 persen terpapar. Orang yang sudah divaksin (Sinovac) juga bisa meninggal dunia karena kemampuan melindungi vaksin hanya 65 persen," ujarnya. 

Jadi, ia meminta perlindungan dari Covid-19 ada dua yaitu vaksinasi dan menjalankan protokol kesehatan. Kalau sudah mendapatkan vaksin dan terpapar Covid-19 maka ia menjelaskan, kondisinya tidak parah dibandingkan yang tidak divaksin. "Meski ada kemungkinan bisa meninggal dunia juga. Makanya meski sudah divaksin, harus tetap menjalankan protokol kesehatan 3M, 5M," katanya.

Sementara itu, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono hanya membaca pesan singkat Whatsapp dari Republika.co.id. Telepon juga tidak direspons hingga berita ini ditulis. 

Sebelumnya, Dante menyebut 94 persen kasus kematian pasien akibat Covid-19 terjadi karena belum divaksinasi. Dante menyatakan vaksinasi sejatinya untuk meningkatkan imun dan memproteksi diri. Vaksinasi juga mampu menurunkan angka kematian akibat corona.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement