Rabu 28 Jul 2021 11:36 WIB

Epidemiolog Prediksi Lonjakan Covid-19 Mereda pada Oktober

Penurunan kasus Covid-19 berpeluang hanya terjadi di Jawa, Madura dan Bali.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas membawa tabung oksigen cair untuk diisi ulang di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bandung, Jalan Rumah Sakit, Kota Bandung, Selasa (27/7). Berdasarkan data dari Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Provinsi Jawa Barat (Pikobar) pada (26/7), tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) rumah sakit yang melayani Covid-19 dan tidak melayani Covid-19 mengalami penurunan dengan total keterisian 65,18 persen yang semula pada beberapa waktu mencapai 91,12 persen. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas membawa tabung oksigen cair untuk diisi ulang di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bandung, Jalan Rumah Sakit, Kota Bandung, Selasa (27/7). Berdasarkan data dari Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Provinsi Jawa Barat (Pikobar) pada (26/7), tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) rumah sakit yang melayani Covid-19 dan tidak melayani Covid-19 mengalami penurunan dengan total keterisian 65,18 persen yang semula pada beberapa waktu mencapai 91,12 persen. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, menduga kasus Covid-19 baru mulai menunjukkan angka penurunan cukup drastis pada Oktober 2021. Namun dugaan ini hanya berlaku di wilayah yang menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yaitu pulau Jawa, Madura dan Bali.

Dicky mengaku sudah memprediksi angka kematian akan mencapai 2 ribuan seperti terjadi pada Selasa (27/7). Ia mengingatkan lonjakan kasus di fasilitas kesehatan (faskes) masih belum usai. Sebab menurutnya kasus Covid-19 yang terjadi di masyarakat belum terdeteksi maksimal.

 

"Mayoritas orang Indonesia kalau sakit di rumah saja, ini survei sebelum pandemi sekitar 80 persen. Nah yang terjadi di faskes itu fenomena gunung es, kita harus sasar masyarakat di awal Agustus," kata Dicky dalam konferensi virtual Indonesia Industry Outlook 2021 pada Rabu (28/7).

 

Dicky memprediksi kasus kematian karena Covid-19 bisa terjadi hingga lebih dari 2 ribu per hari pada pertengahan Agustus. Ini diantaranya disebabkan mereka yang mengalami gangguan kesehatan kronis gagal disembuhkan dan banyak kasus Covid-19 gagal dilacak hingga mereka tak mendapat tindakan medis yang memadai.

 

"Akhir September mulai melandai dalam konteks saat ini, Oktober bisa terjadi kondisi seperti sebelum lonjakan," ujar Dicky.

 

Namun Dicky menekankan penurunan kasus Covid-19 berpeluang hanya terjadi di Jawa, Madura dan Bali. Sebab wilayah tersebutlah yang menjadi puncak episentrum saat ini. Dengan luasnya Indonesia, Dicky khawatir lonjakan kasus justru terjadi di luar 3 wilayah tersebut.

 

"Melandai Oktober itu di daerah itu (Jawa, Madura, Bali). Nah karena negara luas harusnya bisa cegah potensi lonjakan di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi," ucap Dicky.

 

Diketahui, kasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat pada Selasa (27/7). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, kasus baru Covid-19 di tanah air bertambah 45.203 orang, sementara pada Senin (26/7) tercatat 28.228 kasus. Dengan pertambahan tersebut maka total kasus di Indonesia secara keseluruhan adalah 3,239 juta.

 

Sementara itu kasus kematian bertambah 2.069 orang dalam sehari sehingga total menjadi 86.835 kasus. Adapun kasus kesembuhan bertambah 47.128 orang sehingga menjadi 2,596 juta orang. Kasus aktif Covid-19 di Indonesia bertahan di angka 556.281 pasien. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement