Kamis 29 Jul 2021 02:54 WIB

Kurangi Penggunaan Energi Fosil, BRIN Prioritaskan Riset EBT

BRIN yakin pemanfaatan EBT juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Deretan panel surya terpasang di atas gedung kantor Gubernur Riau di Kota Pekanbaru. Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kepala BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan, BRIN menyiapkan riset prioritas energi baru terbarukan (EBT) dalam Prioritas Riset Nasional 2020-2024.
Foto: Antara/FB Anggoro
Deretan panel surya terpasang di atas gedung kantor Gubernur Riau di Kota Pekanbaru. Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kepala BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan, BRIN menyiapkan riset prioritas energi baru terbarukan (EBT) dalam Prioritas Riset Nasional 2020-2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kepala BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan, BRIN menyiapkan riset prioritas energi baru terbarukan (EBT) dalam Prioritas Riset Nasional 2020-2024. Handoko mengatakan pemanfaatan EBT diyakini dapat memberikan solusi energi di masa depan dan memberikan banyak manfaat, tidak hanya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, namun juga manfaat bagi lingkungan.

"Kebutuhan energi di Indonesia diprediksi akan terus meningkat seiring penambahan populasi, perubahan gaya hidup serta pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia di masa depan, BRIN mendorong perkuat ekosistem riset dan inovasi energi baru terbarukan," kata Handoko, dalam keterangannya, Rabu (28/7).

Selain mengurangi emisi, pemanfaatan EBT juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Selain itu, manfaat lain dari pemanfaatan EBT yakni menciptakan lapangan kerja baru.

Kepala BRIN mengatakan, untuk menyiasati ketergantungan Indonesia saat ini terhadap energi fosil, perlu rencana strategis untuk wujudkan kemandirian energi nasional. Ia menyebutkan setidaknya ada lima kegiatan utama terkait energi baru terbarukan.

Kelima hal tersebut yakni penggunaan bahan bakar nabati yang berasal dari kelapa sawit, pemanfaatan biogas untuk penyediaan listrik di tempat-tempat terpencil, pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dalam skala kecil. Selain itu juga pengembangan baterai listrik dan baterai lithium dengan teknologi fast charging, dan menjaga pengembangan teknologi nuklir.

Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan pengembangan energi baru terbarukan tidak bisa berjalan sendiri-sendiri melainkan harus dilaksanakan secara bersama-sama dengan melibatkan stakeholder terkait. Terutama yang terkait dengan pengelolaan energi yaitu PLN dan Pertamina, dan didukung oleh lembaga penyelenggara ilmu pengetahuan dan teknologi nasional.

"Ekosistem teknologi di bidang energi akan menjadi kunci keberhasilan Indonesia mencapai target pemanfaatan EBT, terlebih biaya pendirian infrastrukturnya memiliki tren menurun setiap tahunnya. Oleh karena itu, peluang ini harus dimanfaatkan dan memiliki potensi yang sangat besar jika dikelola secara maksimal," kata Hammam.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement