REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kiprah ulama perempuan dinilai sangat penting di tengah masyarakat. Terutama bagi kaum ibu dan generasi Muslimah, yang menjadikan sosok ulama perempuan sebagai tauladan baik dari cara menjalani hidup, bertutur, bertingkah laku, hingga contoh dalam mengelola rumah tangga.
Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Pusat Syifa Fauziah mengatakan ulama perempuan telah menjadi teladan umat dalam berperilaku keseharian, dalam beribadah maupun menjalin hubungan sosial. Ulama perempuan dinilai mengambil peran yang sangat penting dalam merumuskan kebijakan terutama berkaitan dengan kehidupan beragama di Tanah Air. Di BKMT, para ulama perempuan secara konsisten mendidik masyarakat dari berbagai lapisan. Mereka dengan sabar menyampaikan setiap pesan agama dengan bijak.
"Penting sekali ulama perempuan ini, karena Tanah Air kita saja separuhnya perempuan dan umat Islam menjadi mayoritas, sehingga ulama perempuan itu menjadi referensi keseharian," kata Syifa kepada Republika beberapa hari lalu.
Menurut Syifa, umat Islam dapat mengambil hikmah dengan wafatnya sejumlah ulama perempuan dalam beberapa waktu terakhir. Menurut dia, yang perlu dipikirkan bersama adalah melakukan kaderisasi ulama perempuan yang tidak saja mumpuni dalam berdakwah di majelis taklim namun juga mempunyai kualitas dan kompetensi secara akademik. Syifa menilai, saat ini kehadiran ulama perempuan yang mumpuni dalam berdakwah secara langsung melalui majelis-majelis taklim sekaligus mempunyai kompetensi akademik masih terbilang sedikit. Syifa berharap para ulama perempuan lebih banyak lagi yang mau untuk mendalami dan terjun dalam dunia akademisi.
"Kita menginginkan ulama perempuan ini, mereka yang mengajar di taklimnya dengan ribuan jamaah, juga tidak ketinggalan secara akademiknya apakah mereka bisa menyelesaikan S2 atau S3. Sehingga pemanfaatan ilmunya lebih luas, karena itu di BKMT ada juga ustazah-ustazah yang terus sedang menyelesaikan pendidikannya. Mereka membina taklim tapi mereka juga menempuh pendidikan," kata dia.
Praktisi dakwah yang juga alumni Pondok Pesantren Gontor Putri, Ustazah Elizabeth Diana Dewi mengatakan perlu proses panjang dalam meregenerasi ulama perempuan. Menurut dia, untuk menjadi seorang ulama yang mempunyai pengaruh besar harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, kebijaksanaan, serta kepercayaan kuat dari masyarakat sebagai sasaran dakwah.
Karena itu, lembaga pendidikan Islam merupakan tempat yang sangat baik untuk meregenerasi ulama perempuan yang juga intelektual secara akademis. Ustazah Elizabeth mengatakan Pesantren Gontor Putri sudah sejak lama melakukan kaderisasi ulama pendakwah yang intelektual melakui Universitas Darusallam Gontor. Alhasil banyak alumni Gontor putri dapat menjalankan misi dakwahnya dalam mencapai umat yang terbaik.
"Setiap alumni memiliki lingkup dakwahnya masing-masing, banyak alumni Gontor Putri yang berkiprah di lingkup nasional dan banyak juga yang memilih berkiprah di lingkungan tempat tinggalnya. Tentu tidak sedikit alumni yang memiliki kiprah khusus sebagai daiyah. Yang terpenting adalah tujuan utama, internalisasi nilai-nilai Islam dalam masyarakat modern itu tercapai," kata dia.
Elizabeth mengakui tantangan dakwah terlebih bagi para dai atau ulama perempuan di masa depan semakin kompleks. Para ulama perempuan pun perlu menyesuaikan dalam menyampaikan pesan dakwah semisal melalui pemanfaatan media sosial. Karena itu menurut Elizabet seperti halnya Gontor putri telah menyiapkan para santriwatinya agar memiliki mental dan kemampuan di berbagai bidang yang dapat menunjang pelaksanaan dakwah.
Untuk menjawab tantangan dakwah yang semakin kompleks, para ulama perempuan pun dinilai harus belajar mengoptimalkan dan memperkuat sinergi serta kolaborasi antara para ulama perempuan untuk menjawab persoalan-persoalan perempuan yang perlu dijelaskan lebih detail. Selain itu menurutnya para penerus ulama perempuan juga perlu memperkuat spesifikasi keilmuan masing-masing.