Senin 02 Aug 2021 17:23 WIB

Menkes: Kematian Naik karena Pasien Dirawat Sudah Kritis

Pasien yang datang ke ruang IGD sudah dalam kondisi saturasi oksigen rendah.

Menkes: Kematian Naik karena Pasien Dirawat Sudah Kritis. Seorang pasien COVID-19 terbaring di ranjang rumah sakit di Rumah Sakit Umum Dr. Suyoto di Jakarta, Indonesia, Kamis, 29 Juli 2021. Indonesia mengalami gelombang kasus virus corona yang menghancurkan, dipicu oleh varian delta mematikan yang pertama kali terdeteksi di India.
Foto: AP/Tatan Syuflana
Menkes: Kematian Naik karena Pasien Dirawat Sudah Kritis. Seorang pasien COVID-19 terbaring di ranjang rumah sakit di Rumah Sakit Umum Dr. Suyoto di Jakarta, Indonesia, Kamis, 29 Juli 2021. Indonesia mengalami gelombang kasus virus corona yang menghancurkan, dipicu oleh varian delta mematikan yang pertama kali terdeteksi di India.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyimpulkan peningkatan kasus kematian akibat Covid-19 di 20 kabupaten/kota di Pulau Jawa karena pasien yang datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi berat dan kritis.

"Kami mengamati, ada perbedaan dibandingkan dengan yang sebelumnya, bahwa kematian itu terjadi kalau sebelumnya rata-rata itu delapan hari dirawat, sekarang rata-rata empat sampai delapan hari sudah wafat. Jadi lebih cepat," kata Budi dalam agenda konferensi pers secara virtual, Senin (2/8).

Baca Juga

Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan, 50 persen kasus kematian akibat Covid-19 dilaporkan dari 20 kabupaten/kota di pulau Jawa. Kasus kematian secara kumulatif pada kurun 19 hingga 25 Juli 2021 dilaporkan mencapai 2.873 kasus dari total 616 Puskesmas di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

"Dulu angka kematian di IGD itu hampir tidak ada. Sedikit sekali. Dulu paling banyak meninggal di ICU atau kamar isolasi. Tapi dalam dalam tiga bulan terakhir di IGD justru kenaikannya meningkat dengan tinggi porsinya," katanya.

Berdasarkan hasil pengamatan, kata Budi, kondisi itu terjadi karena pasien yang datang ke ruang IGD sudah dalam kondisi saturasi oksigen yang rendah, yakni berkisar di bawah 90. "Seharusnya angka saturasi di bawah 94 saja sudah harus dikirim ke rumah sakit," katanya.

Atas dasar situasi itu, Kemenkes berkesimpulan banyak pasien yang terlambat mendapat intervensi medis. "Kita tanya ke banyak orang, mereka merasa malu mengakui mereka sakit Covid-19. Jadi mereka lebih baik diam dan dirawat keluarganya," katanya.

Budi menambahkan selama saturasi oksigen pasien terkonfirmasi positif Covid-19 berada di angka 94 persen lebih, maka dianjurkan menjalani isolasi mandiri di rumah dengan menjaga pola hidup sehat. Kemenkes juga memulai kerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk memfasilitasi pelayanan konsultasi telemedisin di 20 kota/kabupaten dengan tingkat kematian yang tinggi.

"Penting untuk mengukur saturasi. Yang penting jangan sesak. Kalau napasnya di bawah 20 kali per menit itu belum sesak. Tapi kalau sudah lebih dari 20 kali, itu sudah sesak," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement