Rabu 04 Aug 2021 02:19 WIB

Informasi Penerima Vaksin Meninggal dalam 2 Tahun Hoaks

Hoaks seputar vaksin masih beredar di berbagai aplikasi.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Dwi Murdaningsih
Berita-berota hoaks terkait vakisn Covid-19 masih kerap ditemukan beredar (ilustrasi)
Foto: Republika
Berita-berota hoaks terkait vakisn Covid-19 masih kerap ditemukan beredar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah meminta masyarakat lebih hati-hati dalam menerima informasi terkait vaksinasi Covid-19. Hoaks tentang vaksin masih sering beredar di berbagai aplikasi pesan.

Salah satunya, hoaks yang diambil dari pelintiran pernyataan seorang peraih Nobel, Luc Montagnier, bahwa penerima vaksin akan meninggal dunia dalam dua tahun setelah menerima suntikan.

Baca Juga

"Kutipan itu secara keliru dikaitkan Montagnier dalam berita palsu yang telah beredar secara luas. Selain itu pernyataan itu bahwa vaksinasi dapat menyebabkan varian baru corona juga tidak benar. WHO menjelaskan bahwa vaksinasi tidak dapat menyebabkan virus corona bermutasi menjadi varian baru," ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, Selasa (3/8).

Wiku menjelaskan, mutasi virus hanya bisa terjadi jika virus bisa memperbanyak diri dalam inang hidup. Sementara vaksin yang disuntikkan kepada masyarakat diproduksi dari virus yang dimatikan, virus tidak utuh, atau virus yang sudah dirancang tidak mampu memperbanyak diri dalam tubuh.

"Penting dipahami, hoaks dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap upaya penanganan pandemi yang dilakukan pemerintah dan masy secara bersama-sama. Untuk kendalikan pandemi, diperlukan kombinasi prokes 3M dan 3T serta vaksinasi," kata Wiku.

Berita bohong yang mengutip pernyataan Luc Montagnier sebenarnya sudah tersebar dalam beberapa bulan terakhir. Unggahannya telah dibagikan lebih dari 1.000 kali. "Tidak ada harapan dan tidak ada pengobatan bagi mereka yang telah divaksinasi. Kita harus bersiap untuk mengkremasi jenazah," demikian klaim yang disebut-sebut bersumber dari wawancara dengan Montagnier.

Unggahan tersebut telah ditandai sebagai informasi palsu oleh Facebook. Menurut laporan USA Today, Montagnier memang pernah melontarkan komentar antivaksinasi dan terlibat dalam gerakan tersebut, tetapi dia tak membuat pernyataan seperti yang menyebar luas belakangan ini.


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement