REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Greysia Polii hanya merasakan ketegangan menjelang babak delapan besar bulu tangkis ganda putri Olimpiade Tokyo 2020. Setelahnya, ia tak merasakan sama sekali. Bersama Apriyani Rahayu, Greysia tampil penuh percaya diri dan terlihat tanpa beban. Aura kepercayaan diri dan senyuman lebih banyak terpancar dari keduanya. Hasilnya, emas diraih ganda andalan Indonesia yang tak jadi unggulan ketika berlaga di Tokyo.
"Istirahat saya cukup. Saya tidur nyenyak sekali. Sebelum final saya bahkan tidur sampai 10 jam," kata Greysia dalam perbincangan dengan para pewarta olahraga via daring, Jumat (6/8) siang.
Menurut Greysia, yang jadi pikirannya justru tes saliva, uji deteksi Covid-19 menggunakan air liur yang wajib dilakukan para atlet setiap hari selama Olimpiade Tokyo. Setelah lolos dari delapan besar, Greysia mengaku terpikir kemungkinan gagal tes saliva.
"Saya hanya bisa berdoa dan berserah," kata Greysia.
Selebihnya, ia merasakan hal biasa. Saat semifinal dan final, pebulu tangkis asal Manado ini justru mengaku tidak merasakan beban apa pun di lapangan.
"Kayak pertandingan biasa aja," ujar Greysia.
Apriyani juga mengaku tak memikirkan yang berat-berat. Ia mengaku hanya menjaga pikiran dan fokus agar tidak memengaruhi performanya di lapangan.
"Saya tak mau memikirkan hal-hal lain yang pada akhirnya berpengaruh juga di lapangan. Makan saya enak dan baik. Tidur saya normal," kata Apriyani.
Sementara Eng Hian mengaku setiap hari merasakan ketegangan. Selain memikirkan strategi untuk anak asuhnya menghadapi lawan, ia terbeban dengan tes saliva setiap pagi. "Jadi yang saya pikirkan setiap hari lolos tidak tes saliva, bukan pertandingannya," ujar Eng Hian.
Ia mengaku hanya bisa merasakan nikmatnya makanan pada tujuh hari pertama. Selebihnya hingga kembali ke Tanah Air pada Rabu (4/8) lalu, Eng Hian makan hanya untuk mengisi perut. "Makan cuma untuk kewajiban saja," katanya.